BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
kualitas manusia seutuhnya adalah misi pendidikan yang menjadi tanggung jawab
profesional setiap guru. Pengembangan kualitas manusia ini menjadi keharusan,
terutama dalam memasuki era globalisasi sekarang ini, agar generasi muda kita
tidak menjadi korban dari generasi itu sendiri. Pendidikan yang berorientasi
pada kualitas ini menghadapi berbagai tantangan yang tidak bisa ditanggulangi
dengan paradigma yang lama. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang
cepat tidak dapat dikejar dengan cara-cara lama yang dipakai dalam
sekolah-sekolah.
Di
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional dikatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
1
|
Mengajar bukan lagi usaha untuk menyampaikan ilmu
pengetahuan, melainkan juga usaha menciptakan sistem lingkungan yang
membelajarkan subjek didik agar tujuan pengajaran dapat tercapai secara
optimal. Mengajar dalam pemahaman seperti ini memerlukan suatu strategi
pembelajaran yang sesuai. Mutu pengajaran tergantung pada pemilihan strategi
yang tepat bagi tujuan yang ingin dicapai, terutama dalam upaya mengembangkan
kreativitas dan sikap inovatif subjek didik, untuk itu guru perlu mengembangkan
kemampuan profesionalnya sebagai seorang tenaga pendidik untuk mengelola
program pengajaran dengan strategi belajar mengajar yang kaya dengan variasi,
untuk mendukung proses pengembangan tersebut dibutuhkan sumber yang relevan
yakni buku-buku yang dapat membantu guru dan calon guru.
Berdasarkan hasil pengamatan yang
dilakukan di SMK Muhammadiyah 2 Bontoala
Makassar pada tahun ajaran 2015/2016 tepatnya selasa 27 Oktober 2015 dapat
disimpulkan bahwa proses pembelajaran yang
digunakan di SMK Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar adalah pembelajaran yang
berpusat pada guru. Siswa masih belum aktif dalam kegiatan pembelajaran karena selama
pembelajaran berlangsung guru banyak memberikan ceramah tentang materi sehingga
aktivitas yang dilakukan siswa biasanya mendengar dan mencatat, sehingga jarang
bertanya atau mengemukakan pendapat. Diskusi antar kelompok jarang dilakukan
sehingga interaksi dan komunikasi antara siswa dan siswa lainnya maupun dengan
guru masih belum terjalin. Berdasarkan data yang didapat menyatakan bahwa hasil
ujian tengah semester kelas XI Administrasi Perkantoran SMK Muhammadiyah 2
Bontoala Makassar sangat rendah yaitu
diantara 28 siswa, 6 siswa yang tuntas dan 22 siswa yang tidak tuntas dalam proses pembelajaran jika
dipersentasikan maka 21,43% siswa
yang tuntas dan 78,57% siswa dinyatakan tidak tuntas karena tidak mencapai angka
KKM sebesar 70, berdasarkan data tersebut maka perlu dilakukan tindakan yaitu
dengan mencoba menerapkan suatu metode pembelajaran yang inovatif dengan
harapan kualitas pembelajaran matematika yang tadinya rendah dapat
meningkat.
Salah satu metode dari model-model pembelajaran inovatif
dan konstruktif adalah metode pembelajaran inquiri. Sund dalam Trianto
(2007:135) menyatakan inkuiri yang dalam bahasa inggris inquiry, berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan.
Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau
memahami informasi. Melalui metode pembelajaran inkuiri siswa diajak secara
langsung ke dalam proses ilmiah dalam waktu yang relatif singkat. Latihan
inkuiri dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif,
dan siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi, siswa
lebih efektif dalam semua bidang di dalam krikulum.
Berdasarkan penelitian
tentang metode pembelajaran inkuiri yang pernah diteliti oleh La Ode Toting Hendrawan
( 2015 ) menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas VII SMP Kemala
Bhayangkari Makassar mengalami peningkatan setelah diterapkan metode
pembelajaran Inkuiri, yang meliputi
skor rata-rata pada siklus 1 sebesar 61,25 meningkat menjadi 77,45. Terjadi
peningkatan aktivitas belajar siswa dari siklus 1 ke siklus 2 dan respon siswa
terhadap kegiatan pembelajaran matematika melalui Metode Pembelajaran Inkuiri kebanyakan siswa yang merespon positif.
Berdasar uraian di atas, maka penulis hendak melakukan
penelitian tindakan kelas dengan judul ’’Meningkatkan
Kualitas Pembelajaran Matematika Materi Matriks melalui Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri pada Kelas XI Administrasi Perkantoran SMK Muhammadiyah 2
Bontoala Makassar’’.
B. Perumusan
Masalah
1. Identifikasi
masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, salah satu
masalah utama dalam kegiatan pembelajaran matematika di SMK Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar adalah pembelajaran yang
berpusat pada guru. Siswa masih belum aktif dalam kegiatan pembelajaran karena selama
pembelajaran berlangsung guru lebih banyak menyampaikan materi pelajaran dengan
metode ceramah. Sehingga aktivitas yang dilakukan siswa biasanya mendengar dan
mencatat, sehingga jarang bertanya atau mengemukakan pendapat. Diskusi antar
kelompok jarang dilakukan sehingga interaksi dan komunikasi antara siswa dan
siswa lainnya maupun dengan guru masih belum terjalin.hal inilah yang berdampak
pada rendahnya kualitas pembelajaran siswa, sehingga tujuan pembelajaran yang
telah dirumuskan tidak dapat tercapai secara maksimal. Oleh karena itu agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai maka dibutuhkan solusi yang tepat untuk
mengatasi permasalahan tersebut yaitu
dengan menerapkan metode pembelajaran inkuiri.
2. Alternatif
pemecahan
Untuk memecahkan masalah tentang rendahnya kualitas
pembelajaran matematika kelas XI Administrasi Perkantoran SMK Muhammadiyah 2
Bontoala Makassar, penulis menerapkan metode pembelajaran inkuiri.
3. Rumusan masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu
Apakah
kualitas pembelajaran matematika melalui penerapan metode pembelajaran inkuiri pada kelas XI Administrasi Perkantoran Muhammadiyah 2 Bontoala
Makassar dapat ditingkatkan?
C. Tujuan
Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka
tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah Untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran matematika melalui penerapan
metode
pembelajaran inkuiri pada kelas XI Administrasi
Perkantoran Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar.
D. Manfaat
Penelitian
Manfaat yang diharapkan
dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi
siswa
1) Dapat menambah
keterampilan siswa dalam memproses secara ilmiah (mengamati,mengumpulkan
dan mengorganisasikan data,mengidentifikasikan variabel, merumuskan, dan
menguji hipotesis, serta mengambil kesimpulan).
2) Siswa dapat belajar secara mandiri.
3) Dapat
mengembangkan daya kreativitas siswa.
b.
Bagi guru
1)
Memberikan informasi kepada guru tentang
pentingnya metode pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
matematika.
2) Sebagai informasi bagi guru–guru, khususnya guru matematika
SMK mengenai pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri.
c.
Bagi peneliti
Hasil penelitian ini
dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan informasi untuk mengembangkan
penelitian selanjutnya terutama yang terkait dengan penelitian ini. Selain itu
sebagai bekal kelak bagi peneliti ketika terjun langsung sebagai pendidik.
BAB
II
KAJIAN PUSTAKA,
KERANGKA PIKIR, DAN
HIPOTESIS
TINDAKAN
A.
Kajian
Pustaka
1.
Pengertian Belajar
Belajar mengandung
pengertian terjadinya perubahan
dari persepsi dan perilaku,
termasuk juga perbaikan
perilaku. Belajar tidak
hanya meliputi mata
pelajaran, tetapi juga
penguasaan, kebiasaan, kesenangan,
minat, penyesuaian sosial,
bermacam-macam keterampilan dan cita-cita (Hamalik, 2009:45).
Menurut Hilgard dkk (Hamalik,
2009:45) mendefinisikan belajar sebagai perubahan dalam perbuatan melalui
aktivitas, praktek, dan pengalaman.Driscoll
(Smalldino, 2011:11) mendefinisikan belajar
sebagai perubahan terus menerus dalam kemampuan yang berasal dari siswa
dan interaksi siswa dengan dunia.
Smalldino sendiri mendefinisikan belajar
sebagai pengembangan pengetahuan, keterampilan, atau sikap yang baru
ketika seseorang berinteraksi dengan informasi dan lingkungan.
Hamalik (2011:27-28) merumuskan dua
definisi tentang belajar, yaitu:
7
|
2) Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu
melalui interaksi dengan lingkungan.Dari dua pengertian tadi jelas terlihat
bahwa tujuan belajar itu prinsipnya sama,
yakni perubahan tingkah
laku, hanya berbeda
cara penyampaiannya. William Burton ( Hamalik, 2011:28)mengemukakan bahwa
“a
good learning situation consist
of a rich
and varied series
of learning experiences unified around
a vigorous purpose
and carried on
it interaction with
a rich, varied and propocative
environment”. Situasi belajar yang baik terdiri dari kaya dan bervariasinya
pengalaman belajar dengan
tujuan yang kuat
dan yang pada pelaksanaannya berlandaskan
pada interaksi, variasi,
dan lingkungan yang menarik.
Beberapa pendapat di atas dapat saling melengkapi tentang definisi
belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar bukanlah sebuah tujuan, tetapi
merupakan suatu proses yang berkesinambungan untuk mencapai tujuan, dimana
disana pasti terjadi interaksi antara individu dengan lingkungan atau melalui
pengalaman yang menghasilkan perubahan maupun perbaikan pada perilaku yang
bersifat menetap atau permanen.
1.
Kualitas
Pembelajaran Matematika
Istilah
kualitas berasal dari bahsa inggris (quality)
dan sepadan dengan kata mutu dalam bahasa indonesia, merupakan bahasa yang
tidak asing lagi dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam belajar harus
mendapatkan perubahan perilaku yang positif pada tiap individu yang di didik.
Perubahan ini disebabkan oleh pengalaman yang didapatkan masing-masing
individu. Jika sudah mendapatkan perubahan itu barulah kualitas pembelajaran
dinilai cukup baik.
Menurut
Mulyasa (supriadi, 2015: 11) kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi
proses dan dari segi hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil
dan berkualitas apabila seluruh atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%)
peserta didik terlibat aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses
pembelajaran, disamping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat
belajar yang besar, dan rasa percaya diri sendiri. Sedangkan dari segi hasil,
proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang
positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar
(75%). Lebih lanjut proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas
apabila masukan merata menghasilkan output yang banyak dan bermutu tinggi.
Berdasarkan
uraian di atas dapat diketahui bahwa kualitas pembelajaran matematika meliputi
kualitas proses dan kualitas hasil. Kualitas proses ditandai oleh keterlibatan
siswa secara aktif mengikuti proses belajar mengajar. Sedangkan kualitas hasil
ditandai dengan ketercapaian hasil belajar yang optimal.Dengan demikian kualitas pembelajaran merupakan salah
satu titik tolak ukur yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya proses
pembelajaran.adapun aspek-aspek
dalam kualitas pembelajaran yaitu :
1)
Peningkatan
pengetahuan
2)
Peningkatan
keterampilan
3)
Perubahan
sikap
4)
Perilaku
5)
Kemampuan
adaptasi
6)
Peningkatan
partisipasi
Menurut Morrison,
Mokashi & Cotter (2006: 4-21) dalam risetnya telah merumuskan indikator
kualitas pembelajaran yang direduksi kedalam 4 indikator. Keempat indikator
kualitas pembelajaran tersebut meliputi
a.
Hasil belajar
Hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada seseorang setelah melalui proses
pembelajaran. Pembelajaran dapat didefenisikan sebagai suatu sistem atau proses
membelajarkan siswa yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan
dievaluasi secara sistematis agar siswa dapat mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran secara efektif dan efisien.
Menurut
Abdurrahman (Supriadi, 2015: 13), hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh
anak setelah melalui kegiatan belajar. Menurut Bloom (Suprijono, 2012 : 6),
hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain
kognitif adalah knowledge
(pengetahuan/ingatan), comprehension
(pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), aplication (menerapkan), analysis
(menguraikan, menentukan hubungan), synthesis
(mengorganisasikan, merencanakan, memebentuk bangunan baru) dan evaluation (menilai). Domain afektif
adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (menilai), organization (organisasi), characterization
(karakterisasi). Domain psokomotor meliputi initiatory,
preroutine, dan rountinized.
Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial,
manajeril, dan intelektual.
Berdasarkan beberapa pendapat para
ahli yang dikemukakan di atas, dapat
disimpulkan
bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang diperoleh siswa setelah
mengalami aktivitas atau pengalaman belajar dalam mencapai tujuan
pendidikan
dan diharapkan perubahan tersebut ke arah yang lebih baik.
b.
Aktivitas Siswa
Aktivitas
merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam interaksi pembelajaran
sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku. Tidak
ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Dalam kegiatan belajar, subyek didik
atau siswa harus aktif baik secara mental, fisik, maupun
sosial.
Menurut
Mulyono (2001 : 26), Aktivitas artinya “kegiatan atau keaktifan”. Jadi segala
sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun
non-fisik, merupakan suatu aktifitas.
Menurut
Sriyono (Rosalia, 2002:2) bahwa aktivitas adalah segala kegiatan yang
dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses
belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk
belajar.
Jadi Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama
proses belajar mengajar. Kegiatan – kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang
mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan
tugas – tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa
lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan
c.
Pelaksanaan
Pembelajaran
Pelaksanaan
pembelajaran adalah proses yang diatur sedemikian rupa menurut langkah-langkah
tertentu agar pelaksanaan mencapai hasil yang diharapkan (Sudjana, 2010 : 136).
Menurut Syaiful dan Aswan Zain (2010:1) pelaksaaan pembelajaran adalah suatu
kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi
antara guru dan siswa. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah
dirumuskan sebelum pelaksanaan pembelajaran dimulai. dalam pelaksanaan
pembelajaran, guru melakukan beberapa tahap pelaksanaan pembelajaranantara lain
:
Ø Membuka
Pelajaran
Ø Penyampaian
Materi Pembelajaran
Ø Menutup
Pembelajaran
d.
Respons
siswa
Respons siswa
dalam kegiatan pembelajaran dipengaruhi
oleh tenaga guru yaitu guru. Guru mampu menarik respons siswa jika guru
tersebut menerapkan model pembelajaran yang bagus, seperti guru memberikan
kuis, atau permainan. Adanya respons siswa dalam kegiatan pembelajaran, maka akan terwujud kegiatan
pembelajaran yang efektif dan kondusif.
Menurut Walgito (1980: 16-17),
respon adalah suatu perbuatan yang merupakan hasil dari akhir adanya simulasi
atau rangsangan, respon terbagi menjadi dua yaitu:
1.
Respon atau reaksi yang reflektif (terjadi tanpa didasari oleh reseptor), dimana
reaksi dari stimulus yang diterima tidak sampai ke otak sebagai pusat
kesadaran.
2.
Respon atau reaksi yang disadari, dimana stimulus yang diterima sampai ke otak
sebagai pusat kesadaran dan benar -benar disadari oleh reseptor
Jadi Respons siswa merupakan
suatu tanggapan atau pendapat siswa terhadap proses pembelajaran belajar
mengajar. akan tampak berbagai macam respons yang diberikan siswa. Sebagai
contoh respons yang ditunjukkan melalui tindakan siswa. Tindakan siswa dapat
merubah perilaku siswa yang pada awalnya pasif diharapkan bisa lebih aktif
dalam menanggapi materi yang diajarkan guru.
2.
Metode Pembelajaran
Inkuiri
a.
Pengertian Metode Pembelajaran Inkuiri
Salah satu metode pembelajaran dalam
bidang Sains, yang sampai sekarang masih tetap dianggap sebagai metode yang
cukup efektif adalah metode inkuiri. David L. Haury dalam
artikelnya, Teaching Science Through Inquiry
(1993) mengutip definisi yang diberikan oleh Alfred Novak: inkuiri merupakan
tingkah laku yang terlibat dalam usaha manusia untuk menjelaskan secara
rasional fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu. Dengan kata lain,
inkuiri berkaitan dengan aktivitas dan keterampilan aktif yang fokus pada
pencarian pengetahuan atau pemahaman untuk memuaskan rasa ingin tahu
(Haury,1993).
Metode inkuiri merupakan metode
pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri
siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar
sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar
ditempatkan sebagai subjek yang belajar.Peranan guru dalam pembelajaran dengan
metode inkuiri adalah sebagai pembimbing dan fasilitator.Tugas guru adalah
memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun
dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas
guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka
memecahkan masalah.Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi
intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi.
Sund menyatakan, seperti yang dikutip oleh
Suryosubroto dalam Trianto (2010: 135) menyatakan bahwa:
“Discovery merupakan bagian
dari inkuiri, atau inkuiri merupakan perluasan proses discovery yang di gunakan
lebih mendalam. Inkuiri yang dalam bahasa inggris inkuiri, berartipertanyaan,
atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang di
lakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi”.
Gulo menyatakan dalam Trianto (2007:135) menyatakan:
Strategi inkuiri berarti suatu
rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara
maksimalseluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri.
Sasaran
utama kegiatan metode pembelajaran inkuiri adalah:
1.
Keterlibatan siswa secara
maksimal dalam proses kegiatan belajar.
2. Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan
pembelajaran.
3.
Mengembangkan sikap percaya
pada diri siswa tentang yang ditemukan dalam proses inkuiri.
Kondisi umum yang merupakan syarat timbulnya
kegiatan inkuiri bagi siswa adalah:
1.
Aspek sosial di kelas dan
suasana terbuka yang mengundang siswa berdiskusi;
2.
Inkuiri berfokus pada hipotesis
dan
3.
Penggunaan fakta sebagai
evidensi (informasi, fakta).
Untuk menciptakan kondisi seperti itu, peranan
guru adalah sebagai berikut:
1. Motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah dalam berpikir.
2. Fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan.
3. Penanya, menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat.
4. Administrator, bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan kelas.
5. Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
6. Manajer, mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas.
7. Rewarder, memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa.
Metode pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak
siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah ke dalam waktu yang relatif
singkat. Hasil penelitian Schlenker, dalam Trianto (2010:136),
menunjukkan bahwa latihan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif
dalam berfikir kreatif, dan siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan
menganalisis informasi.
Gulo menyatakan dalamTrianto (2010: 137) menyatakan
bahwa“Inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh
potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan keterampilan, inkuiri
merupakan suatu proses yang bermula dari merumuskan masalah, merumuskan
hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan”.
Semua tahap dalam prosesinkuiritersebut di atas
merupakan kegiatan belajar dari siswa. Guru berperan untuk mengoptimalkan
kegiatan tersebut pada proses belajar sebagai motivator, fasilitator, pengarah.
Pada strategi ekspositori murni, semua tahap itu di lakukan semua oleh guru.
Guru yang merumuskan masalah, guru yang menyusun hipotesis, guru yang mencari
bukti, guru yang membuktikan hipotesis dan yang merumuskan kesimpulan. Semua
perolehan guru pada setiap tahap diinformasikan kepada peserta didik. Pada
model pembelajaran inkuiri semua itu dilakukan oleh siswa.
b.
Tahap-tahap Pelaksanaan Metode Pembelajaran Inkuiri
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam dalam pembelajaran inkuiri menurut Ibrahim dan Nur (2000: 13) adalah:
(1) Orientasi siswa pada
masalah
Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran,menjelaskan logistik dan memotivasi siswa
terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.
(2)
Mengorganisasikan siswa
dalam belajar.
Guru membantu
siswa dalam mengidentifikasi dan mengorganisasikan tugas-tugas yang berkaitan
dengan masalah serta menyediakan alat.
(3) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong
siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen yang
berkaitan dengan pemecahan masalah
(4) Menyajikan atau
mempresentasikan hasil kegiatan
Guru membantu
siswa dalam merencanakandan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan
model yang membantui mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
(5) Mengevaluasi kegiatan
Guru membantu siswa untuk
merefleksi pada penyelidikan dan proses penemuan yang di gunakan.
3.
Materi Ajar
Operasi
pada matriks dan sifat-sifatnya
Berdasarkan
buku collage
algebra (poul dawkins,2007)
1.
“Definition:
Let A and B are berordo m × n
matrix with elements a_ijdan b_ij . The matrix C is the number of the
matrix A and matrix B , written C = A + B , with elements determined by
C_ij = a_ij + b_ij ( for all i and j )”
Definisi:
Misalkan
A dan B adalah matriks berordo
dengan elemen-elemen
dan
. Matriks C adalah jumlah matriks A
dan matriks B, ditulis
, dengan elemen-elemen ditentukan
oleh
(untuk semua
dan
).
|
Contoh :
Jika diketahui matriks
, dan
maka
.........
Penyelesaian:
Sifat-sifat
yang berlaku pada operasi penjumlahan matriks adalah:
a. Sifat
komutatif
“Suppose
matrix A and Bberordo m × n . Summation matrix A and B meet commutative
properties if and only if A + B = B + A”
Misalkan matriks
dan
berordo
.
Penjumlahan matriks
dan
memenuhi sifat komutatif jika dan hanya jika
Contoh:
Jika diketahui matriks
, dan
apakah berlaku
?
Penyelesaian:
b.
Sifat asosiatif
“Suppose matrix A , B , and C ordo m × n . The sum of A, B , and C meet the associative nature if and only if A + ( B + C ) = ( A + B ) + C”
Misalkan matriks
,
,
dan
berordo
.
Penjumlahan matriks
,
,
dan
memenuhi sifat asosiatif jika dan hanya jika
Contoh:
Jika diketahui matriks
,
, dan
apakah berlaku
?
Penyelesaian:
2.
“Let A and B are matrices ordo m × n . Reduction of matrix A by matrix B is defined as the amount of matrix A and matrix opponent -B , -B matrix is a matrix that each element opposite sign with each element corresponding to the matrix B.
A- B = A + ( - B )”
Misalkan
dan
adalah matriks-matriks berordo
.
Pengurangan matriks
dengan matriks
didefinisikan sebagai jumlah matriks
dan lawan matriks
,
matriks
merupakan matriks yang setiap unsurnya
berlawanan tanda dengan setiap unsur yang bersesuaian dengan matriks
.
|
Contoh:
Jika diketahui matriks
, dan
apakah
?
Penyelesaian:
3.
“Let A be an m × n matrix ordo with elements a_ij and k is a real number . The matrix C is the product of real numbers k with matrix A , denoted C = k.A , with elements determined by c_ij = k.a_ij ( for all i and j )”
Misalkan
suatu matriks berordo
dengan elemen-elemen
dan
adalah suatu bilangan real. Matriks
adalah hasil perkalian bilangan real
dengan matriks
,
dinotasikan
,
dengan elemen-elemennya ditentukan oleh
(untuk semua
dan
)
|
Contoh:
Jika
, maka
.........
Penyelesaian:
4.
“Definition:
Let A = [ a_ij ] is a matrix that ordo m × p and B = [ b_ij ] is a matrix that ordo q × n .
Product matrices A and B is a matrix C ordo m × n is denoted A × B = C = [ c_ij ] ordo m × n with elements of the ith row and j-th column is : c_ij = a_i1 b_1j + a_i2 b_2j + ⋯ + a_ip b_qj , with i = 1,2,3 ... , m ; and j = 1,2,3 , ... , n”
Definisi:
Misalkan
adalah matriks yang berordo
dan
adalah matriks yang berordo
.
Hasil
kali matriks
dan
adalah suatu matriks
berordo
dinotasikan
berordo
dengan elemen baris ke-i dan kolom ke-j
adalah:
,
dengan
dan
.
|
Contoh:
Jika matriks
, dan matriks
maka
......
Penyelesaian:
Sifat-sifat
yang berlaku pada operasi perkalian matriks adalah:
a.
“Suppose A ordo matrix m × n , B ordo n × p and p × q C berordo with m , n , p , q∈N . Meet the associative nature of matrix multiplication if and only if A × ( B × C ) = ( A × B ) × C”
Misalkan
matriks
berordo
,
berordo
,
dan
berordo
dengan
.
Perkalian matriks memenuhi sifat asosiatif jika dan hanya jika
|
Contoh:
Jika
matriks
,
,
maka apakah berlaku
?
Penyelesaian:
b.
“Suppose A ordo matrix m × n , B ordo n × p and p × q C ordo with m , n , p , q∈N . Matrix multiplication operations meet the distributive property of multiplication to matrix addition operation if and only if A × ( B + C ) = ( A × B ) + ( A × C )”
Misalkan
matriks
berordo
,
berordo
,
dan
berordo
dengan
.
Perkalian matriks memenuhi sifat distributif operasi perkalian terhadap
operasi penjumlahan matriks jika dan
hanya jika
|
Contoh:
Jika
matriks
,
,
maka apakah berlaku
?
Penyelesaian:
B. Kerangka Pikir
Bertolak dari kajian teori yang telah dikemukakan diatas, maka
berikut ini akan dikemukakan kerangka pikir yang mendasari hipotesis
penelitian.Metode inkuiri yang mensyaratkan keterlibatan aktif
siswa membantu perkembangan antara lain scientific literacy dan pemahaman
proses-proses ilmiah, pengetahuan vocabulary dan pemahaman konsep,
berpikir kritis, dan bersikap positif. Dapat disebutkan bahwa metode inkuiri
tidak saja meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep dalam Sains
saja, melainkan juga membentuk sikap keilmiahan dalam diri siswa.
Berdasarkan penelitian
tentang metode pembelajaran inkuiri yang pernah diteliti oleh Mawalida ( 2011 )
menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran matematika setelah diterapkan Metode Pembelajaran Inkuiri pada siswa
kelas VIIIA SMP Angkasa Maros mengalami peningkatan, yang meliputi
skor rata-rata pada siklus 1 sebesar 63,25 meningkat menjadi 74,17. Terjadi peningkatan
aktivitas belajar siswa dari siklus 1 ke siklus 2 dan respon siswa terhadap
kegiatan pembelajaran matematika melalui Metode
Pembelajaran Inkuiri kebanyakan siswa yang merespon positif.
Dari penjelasan diatas,
diharapkan setelah melaksanakan tindakan pembelajaran dengan menggunakan teknik
inkuiri pada suatu kelas yang keadaan awal siswanya rata-rata masih kurang
aktif dan hasil belajarnya yang masih renadah diharapkan dapat meningkat.
Kondisi akhir yang
diharapkan siswa secara aktif dalam proses belajar
|
Kondisi
Awal Kelas
|
Menerapkan
Metode Inkuiri
|
1. Siswa
kurang aktif dalam proses belajar mengajar, diskusi antar kelompok jarang
dilakukan, kebanyakan siswa hanya mendengar
dan mencatat, sehingga jarang bertanya atau mengemukakan pendapat
2. Hasil
belajar siswa sangat rendah
|
Rata-rata hasil belajar siswa
diharapkan dapat meningkat.
|
Tindakan yang di
lakukan
|
Gambar 2.1.
Bagan Kerangka Pikir
C.
Hipotesis Tindakan
Untuk memberikan arah yang jelas terhadap kesimpulan yang
hendak diambil, maka perlu dirumuskan hipotesis dengan berdasar pada kerangka
pikir di atas maka, dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
“Jika
menerapkan metode pembelajaran inkuiri maka kualitas pembelajaran matematika
siswa kelas XI Administrasi
Perkantoran Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar dapat
meningkat”.
|
METODE
PENELITIAN
A. Jenis
Penelitian
Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) secara
singkat penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan sebagai proses pengkajian
dari berbagai kegiatan pembelajaran, yang bertujuan bukan hanya berusaha
mengungkapkan penyebab dari berbagai permasalahan pembelajaran tetapi yang
lebih penting lagi adalah memberikan solusi berupa tindakan untuk mengatasi
permasalahan pembelajaran tersebut.
Untuk mewujudkan
tujuan itu, penelitian tindakan kelas dilakukan melalui tahapan-tahapan yang
meliputi: perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/pengumpulan data, dan
refleksi. Selanjutnya, tahapan-tahapan tersebut dirangkai dalam dua siklus
kegiatan.
B.
Lokasi dan Subjek Penelitian
Dalam tahap ini,
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar kabupaten
kota Makassar pada tahun ajaran 2016/2017 semester ganjil. Subjek dalam
penelitian ini adalah siswa kelas XI Administrasi Perkantoran dengan jumlah
siswa sebanyak 29 orang, siswa laki-laki berjumlah 4 orang dan perempuan
berjumlah 25 orang.
28
|
C. Focus
Penelitian
Faktor yang diselidiki pada penelitian ini adalah :
1. Faktor proses, yaitu dengan mengamati aktivitas siswa dan
kemampuan guru selama proses belajar mengajar berlangsung
2.
Faktor
Hasil, yaitu melihat kualitas pembelajaran matematika siswa
setelah penerapan metode pembelajaran inkuiri dengan pemberian tes setiap akhir
siklus dan respons siswa melalui angket.
D. Prosedur Penelitian
Rancangan penelitian tindakan kelas
yang akan dilaksanakan terdiri atas dua siklus, yakni siklus pertama dan siklus kedua. Jika belum
berhasil maka akan di lanjutkan ke siklus berikutnya. Gambaran umum yang
dilakukan pada setiap siklus adalah: Perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi.
Alur
dan tahapan pelaksanaan tindakan kelas seperti dibawah ini:
Prosedur pelaksanaan penelitian ini dapat dijabarkan:
1.
Siklus I
Siklus satu akan dilaksanakan selama empat kali pertemuan (8 x
45 menit). Secara rinci prosedur pelaksanaan tindakan pada siklus ini dapat
dijabarkan sebagai berikut:
(a) Tahap
Perencanaan(planning)
1)
Menelaah
kurikulum XI Administrasi
PerkantoranMuhammadiyah 2 Bontoala
Makassar untuk mata
pelajaran matematika
2)
Menyusun
dan mengembangkan rencana pembelajaran.
3)
Membuat
instrumen pedoman observasi untuk mengamati kondisi pembelajaran di kelas pada
saat proses pembelajaran berlangsung.
4)
Membuat
lembar Angket untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran
melalui penerapan metode
pembelajaran inkuiri
5)
Membuat
instrumen tes akhir siklus I untuk mengetahui hasil perkembangan belajarsiswa sesuai
dengan materi pelajaran yang telah diajarkan.
(b) Tahap
Pelaksanaan Tindakan (acting)
Pada tahap ini tindakan
dilaksanakan pada setiap tatap muka ataupun langkah-langkah yang dilakukan
sebagai berikut
1.
Mengidentifikasi kesiapan siswa untuk
mengikuti mata pelajaran
2.
Membahas materi pelajaran dengan
menggunakan metode pembelajaran inkuiri
3.
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menyelesaikan masalah sesuai dengan strategi yang ia ketahui baik secara
perorangan maupun dengan kerja kelompok.
4.
Menghadirkan model sebagai contoh saat
proses pembelajaran berlangsung
5.
Melakukan pengamatan saat proses belajar
mengajar dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat.
6.
Pada akhir siklus siswa diberikan tes
dari materi yang telah diajarkan
7.
Memberikan penilaian yang sebenarnya
dengan berbagai cara
(c) Tahap
Pengamatan (observing)
Pada
tahap ini ada dua perlakuan yaitu observasi dan evaluasi. Pelaksanaan tahap
observasi terhadap aktivitas siswa selama berlangsung proses belajar mengajar
yang menggunakan lembar observasi. Pelaksanaan evaluasi memberikan tes kualitas
pembelajaran yang dilakukan pada akhir tindakan siklus I dengan tujuan untuk
mengetahui peningkatan kualitas pembelajaran siswa.
(d) Tahap
Refleksi Hasil Kegiatan(reflecting)
Hasil
yang dicapai dalam tahap observasi dan evaluasi dikumpul kemudian dilakukan
analisis dan refleksi. Refleksi dimaksudkan untuk melihat apakah rencana telah
terlaksana secara optimal atau perlu dilakukan perbaikan. Hasil analisis siklus
I inilah yang dijadikan acuan untuk merencanakan siklus II dimana aspek-aspek
yang dianggap bagus tetap dipertahankan, sedangkan kekurangannya menjadi
pertimbangan dan revisi pada siklus berikutnya.
2. Siklus II
Pelaksanaan
tindakan siklus II ini relatif sama dengan pelaksanaan tindakan pada siklus I.
Namun pada siklus II akan dilakukan perbaikan atau penambahan sesuai dengan
kenyataan yang ditemukan pada saat pelaksanaan siklus I.Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan model penelitian tindakan kelas
berikut:
Gambar 2.2 Bagan Model Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) oleh Kemmis dan
McTaggart
E.
Instrumen Penilaian
1. Tes
Tes
dapat digunakan dalam berbagai macam penilaian. Dalam hal ini tes merupakan
alat ukur yang sangat penting untuk mengetahui kemampuan pemahaman siswa
terhadap materi yang diajarkan.
2. Lembar observasi
Lembar
observasi yaitu berupa catatan tentang aktivitas siswa dan kemampuan guru
selama proses belajar mengajar yang bertujuan sebagai pedoman untuk menentukan
tindakan berikutnya.
3. Lembar
angket
Lembar angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang respon
siswa terhadap pembelajaran melalui penerapan metode pembelajaran inkuiri
F.
Teknik
Pengumpulan Data
Teknikpengambilan
data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah:
1. Data
mengenai hasil belajar siswa diambil dengan menggunakan tes yang diberikan pada
akhir siklus..
2. Data
yang mengenai hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas siswa dan kemampuan guru
dalam mengelolah pembelajaran diambil dengan menggunakan lembar observasi pada
setiap pertemuan.
3. Data
tentang respons siswa terhadap penerapan metode pembelajaran inkuiri diperoleh
dengan menggunakan angket yang diberikan kepada siswa pada akhir siklus II.
G. Teknik
Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan statistic
deskriptif. Statistic deskriptif adalah statistic yang berfungsi untuk
mendeskripsikan atau memberikan gambaran terhadap objek yang diteliti melalui
data subjek sebagaimana adanya, yang meliputi skor tertinggi, skor terendah,
rata-rata variansi, standar deviasi, persentase, dan data table frekuensi yang
dicapai siswa pada setiap siklus dan Deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis data
tentang hasil observasi aktivitas siswa dalam proses kegiatan pembelajaran, sedangkan
deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisis data tentang ketuntasan
hasil belajar siswa.
1. Analisis
Kemampuan Guru
Data tentang kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
dianalisis dengan mencari rata-rata persentase tiap aspek dari beberapa
pertemuan yang dilaksanakan dengan kriteria pada tabel di bawah ini
Tabel 3.1 Kriteria Kemampuan Guru dalam
Mengelola Pembelajaran
Nilai
|
Kriteria
|
0,00 ≤
nilai < 1,50
1,50 ≤
nilai < 2,50
2,50 ≤
nilai < 3,50
3,50 ≤
nilai < 4,00
|
Kurang Baik
Cukup Baik
Baik
Sangat Baik
|
Sumber: Firatika (2016:38)
Pembelajaran dikatakan terlaksana dengan baik apabila nilai rata-rata
tingkat kemampuan guru dalam mengelolah pembelajaran pada setiap pertemuan
berada pada kategori baik atau sangat baik. Apabila ada nilai tingkat kemampuan
guru yang dianggap kurang dalam kategori lainnya maka guru harus meningkatkan
kemampuan dengan memperhatikan aspek-aspek yang nilainya dianggap kurang.
2.
Analisis Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Analisis data aktivitas siswa dilakukan dengan menentukan
frekuensi dan persentase frekuensi yang digunakan oleh siswa dalam proses
pembelajaran matematika dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri.
Langkah-langkah analisis aktivitas siswa
adalah sebagai berikut:
a)
Menentukan
frekuensi hasil pengamatan aktivitas siswa untuk setiap indikator dalam satu
pertemuan.
b)
Menghitung
persentase frekuensi setiap indikator dengan membagi besarnya
frekuensi dengan jumlah siswa, kemudian
dikalikan dengan 100%.
Untuk
menghitung rata-rata persentase setiap aspek aktivitas
siswa digunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
Persentase aktivitas siswa
untuk melakukan jenis aktivitas tertentu
Jenis aktivitas tertentu yang dilakukan siswa
tiap pertemuan
Seluruh aktivitas siswa setiap
pertemuan
Indikator keberhasilan aktivitas siswa dalam
penelitian ini ditunjukkan dengan sekurang-kurangnya 75% siswa terlibat aktif
dalam proses pembelajaran (Firatika,
2016:36)
3. Analisis
Data Hasil Belajar Matematika
Data hasil belajar yang diperoleh siswa dianalisis secara
kuantitatif digunakan teknik kategorisasi. Kriteria yang digunakan adalah
teknik kategorisasi standar yang ditetapkan oleh departemen pendidikan dan
kebudayaan
Tabel 3.2 Teknik Kategorisasi Standar
Berdasarkan Ketetapan Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan
Skor
|
Kategori
|
|
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
|
Sumber:Firatika
(2016:32)
Untuk menentukan
ketuntasan belajar siswa dengan melihat tabel Kategori Ketuntasan Minimal (KKM)
yang telah ditetapkan oleh sekolah:
Tabel 3.3 Kategorisasi Standar Ketuntasan
Hasil Belajar Matematika
Kelas XI AP SMK Muhammadiyah 2 bontoala makassar
Daya Serap Siswa
|
Kategorisasi
Ketuntasan Belajar
|
|
Tidak tuntas
Tuntas
|
Sumber:Firatika (2016:32)
Berdasarkan Tabel 3.2 Kategorisasi Standar Ketuntasan Hasil Belajar
bahwa siswa yang memperoleh nilai lebih besar atau sama dengan 70 maka dapat
dinyatakan tuntas belajar dan siswa yang memperoleh nilai dibawah 70 maka
dinyatakan tidak tuntas dalam proses pembelajaran.
4. Analisis
Data Respons Siswa
Adapun data mengenai respons siswa diperoleh
dari angket respons siswa
terhadap kegiatan pembelajara n matematika dengan metode
pembelajaran inkuiri
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.
Menghitung
persentase banyaknya siswa yang memberikan respons dengan cara membagi jumlah
siswa yang memberikan respons kemudian dikalikan dengan 100%.
Data
mengenai respons siswa dianalisis dengan menghitung persentase tiap pilihan
respons dengan menggunakan rumus :
Keterangan :
P = Persentase
respons
A= Proporsi siswa
yang memilih
B = Banyaknya siswa yang mengisi angket.
Respons siswa dikatakan positif jika persentase respons siswa dalam menjawab
“Ya” untuk tiap poin pertanyaan yaitu minimal
75%.(Firatika, 2016:38)
H. Indikator Keberhasilan
Indikator
keberhasilan dengan penerapan penerapan metode pembelajaran inkuiri dalam
penelitian tindakan kelas ini yaitu apabila terjadi peningkatan skor rata-rata
hasil belajar dan perubahan sikap siswa
sebelum dan sesudah tindakan dalam pembelajaran matematika Kelas XI
Administrasi Perkantoran SMK Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar dan berada pada kategori tuntas. Siswa dikatakan tuntas
belajar secara klasikal apabila minimal 80% dari jumlah siswa yang memenuhi KKM,
yaitu skor minimal 70 dari skor ideal yaitu 100.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Pada
bab ini dibahas hasil-hasil penelitian mengenai peningkatan hasil belajar
matematika siswa kelas XI Administrasi Perantoran SMK Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar
melalui Metode Pembelajaran Inkuiri dari
Siklus I ke Siklus II dengan menggunakan analisis kualitatif yaitu data tentang
hasil pengamatan, sedangkan data tentang hasil belajar siswa dianalisis secara
kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif yaitu skor rata-rata,
standar deviasi, median, frekuensi, dan persentase nilai terendah dan nilai
tertinggi yang dicapai siswa setiap Siklus.
A. Deskripsi
Awal Penelitian
38
|
Berdasarkan
hasil diskusi antara guru kelas XI Administrasi Perkatoran dengan peneliti,
permasalahan proses pengetahuan Matematika atau keterampilan proses
pembelajaran Matematika siswa yang masih rendah perlu ditingkatkan.
Berdasarkan
data yang didapat menyatakan bahwa hasil ujian tengah semester kelas XI
Administrasi Perkantoran SMK Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar sangat rendah yaitu diantara 28 siswa, 6 siswa
yang tuntas dan 22 siswa
yang tidak tuntas dalam proses pembelajaran jika dipersentasikan maka 21,43% siswa yang tuntas dan 78,57% siswa dinyatakan tidak
tuntas karena tidak mencapai angka KKM sebesar 70, berdasarkan data tersebut
maka perlu dilakukan tindakan yaitu dengan mencoba menerapkan suatu metode
pembelajaran yang inovatif dengan harapan kualitas pembelajaran matematika yang
tadinya rendah dapat meningkat.
B. Hasil
Penelitian
1.
Deskriptif Pelaksanaan Siklus I
a. Tahap
Perencanaan
Pada tahap ini peneliti
melakukan diskusi awal dengan kepala sekolah, guru kurikulum, serta guru mata
pelajaran matematika untuk membahas permasalahan yang akan dipecahkan dalam
penelitian ini. Setelah itu menelaah kurikulum matematika SMK kelas XI Administrasi perkantoran berdasarkan
kurikulum 2013. Adapun standar kompetensi yang akan dicapai melalui kegiatan
pembelajaran adalah mendeskripsikan dan menganalisis konsep dasar operasi
matriks dan sifat-sifat operasi matriks serta menerapkannya dalam pemecahan
masalah. Sehin gga berdasarkan standar kompetensi (SK) itulah maka ditetapkan materi ajar yaitu Matriks.
Selanjutnya setelah menerapkan materi ajar peneliti kemudian membuat rencana
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan Metode
Pembelajaran Inkuiri. Selanjutnya peneliti juga menyiapkan
referensi-referensi yang relevan demi kelancaran dalam penelitian, antara lain:
lembar observasi dan alat evaluasi. Selain itu peneliti juga merancang dan membuat
LKS dan tes hasil belajar Siklus I.
b. Tahap
Pelaksanaan Tindakan.
Pertemuan
I
Adapun pelaksanaan tindakan
pada Siklus I ini berlangsung selama 4 kali pertemuan dengan lama waktu setiap
pertemuan adalah 2 jam pelajaran.
Pertemuan pertama sampai pertemuan
ketiga diisi dengan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan Metode Pembelajaran Inkuiri dan untuk pertemuan ke empat diisi dengan
pemberian tes hasil belajar (Tes Siklus I). Sebelum memulai pelajaran siswa
dibagi dalam beberapa kelompok, setiap kelompok beranggotakan 5-6 sehingga
terdapat 5 kelompok, pembagian kelompok ini dilakukan secara acak sehingga
terbentuk kelompok yang heterogen. Dalam setiap kelompok posisi tempat duduk
siswa selalu tetap. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam melakukan
observasi setiap siswa, selain itu peneliti menyampaikan materi pelajaran dan
tujuan yang ingin dicapai sambil memberikan motivasi kepada siswa. Setelah itu,
siswa diberikan contoh-contoh soal mengenai Matriks. Siswa sangat antusias
menyebutkan contoh-contoh matriks dalam kehidupan nyata mereka. Kegiatan
selanjutnya adalah siswa diberikan tugas mengerjakan LKS secara berkelompok.
Setelah selesai mengerjakan LKS, guru meminta salah satu siswa dari setiap
kelompok untuk mempresentasikan jawabannya di depan kelas dan kelompok yang
lain menanggapinya serta memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya
masalah yang belum dimengerti. Di akhir pertemuan, guru menegaskan hal-hal
penting berhubungan dengan materi pembelajaran, setelah itu guru memberikan
penugasan dalam bentuk pekerjaan rumah (PR) yang dikerjakan secara individu
serta menyampaikan sub materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.
Pertemuan
II
Pada pertemuan kedua proses
pembelajaran diawali dengan menanyakan kepada siswa tentang tugas atau
pekerjaan rumah (PR) yang dianggap paling sulit untuk dikerjakan, selanjutnya
peneliti memberikan penjelasan terkait soal yang sulit dikerjakan oleh siswa.
Setelah itu peneliti menyampaikan materi yang akan dipelajari. Pada dasarnya
langkah-langkah yang dilakukan pada pertemuan kedua hampir sama dengan
pertemuan pertama, yakni diawali dengan menyampaikan sub materi, kemudian
memberikan contoh-contoh soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari,
memberikan kesempatan pada siswa untuk membaca buku paket yang telah dibagikan
dan mamahaminya, selanjutnya mengerjakan LKS yang telah disediakan.
Pertemuan
III
Pada
dasarnya hampir sama dengan pertemuan I dan II tetapi penungasan kelompok yang
diberikan pada saat pertemuan ke II kurang efektif karena kelihatannya tugas kelompok yang
diberikan hanya dikerjakan oleh beberapa orang saja. Dengan alasan siswa dalam
satu kelompok tidak cocok satu sama lain dan ada juga yang hanya percayakan
kepada temanya yang lain untuk mengerjakannya sehingga keaktifan dalam kerja
kelompok kurang efektif karena adanya sikap masa bodoh dalam kegiatan
pembelajaran berlangsung.
c. Tahap
Observasi dan Evaluasi
1.
Hasil Observasi Kemampuan guru
Untuk mengetahui bagaimana kemampuan guru mengelola
pembelajaran di kelas digunakan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.
Aspek yang
dinilai adalah :
Tabel 4.1 Distribusi
Frekuensi dan Persentasi Keterlaksanaan Pembelajaran
di
Kelas Pada Siklus I:
Kegiatan
Guru
|
Pertemuan
|
Rata-rata
|
kategori
|
||
I
|
II
|
III
|
|
|
|
Kegiatan
awal (
10 menit)
Fase
1: Menyampaikan tujuan pembelajaran dan
memotivasi siswa
|
|
||||
1. Guru menyampaikan pelajaran dengan salam, doa
bersama, dan mengecek kehadiran siswa
|
4
|
4
|
4
|
4
|
Sangat baik
|
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
|
3
|
4
|
4
|
3,66
|
Sangat baik
|
3. Guru memberikan motivasi kepada siswa tentang
pentingnya materi yang akan dipelajari
|
2
|
3
|
3
|
2,66
|
baik
|
Kegiatan
Inti (
Fase
2 : Guru menyajikan informasi
|
|
||||
1. Guru menyampaikan informasi/materi matriks dengan
jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
|
3
|
3
|
4
|
3,33
|
Baik
|
2. Membimbing siswa mengenali materi pelajaran
|
3
|
3
|
3
|
3
|
Baik
|
Fase
3 : Mengorganisasikan Siswa Kedalam
Kelompok Belajar
|
|
||||
1. Guru meminta kepada siswa untuk membentuk kelompok
yang beranggotakan 4 sampai 5 orang.
|
3
|
3
|
3
|
3
|
Baik
|
2. Guru membagikan LKS yang berhubungan dengan konsep materi kepada siswa dan meminta siswa untuk
mendiskusikan tentang penyelesaian soal yang ada di LKS
|
2
|
3
|
3
|
2,66
|
Baik
|
Fase 4:Membantu
kelompok bekerja dan belajar
|
|
||||
Guru membimbing siswa pada saat mengerjakan LKS
|
3
|
4
|
4
|
3,66
|
Sangat baik
|
Fase
5 : Evaluasi
|
|
||||
1. Guru meminta beberapa
kelompok untuk mempersentasikan hasil yang diperoleh dan meminta kelompok
lain untuk menanggapinya.
|
3
|
3
|
4
|
3,33
|
Baik
|
2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa menanyakan
hal-hal yang belum dimengerti dan memberikan penguatan terhadap jawaban siswa
|
3
|
4
|
3
|
3,33
|
Baik
|
Kegiatan
Akhir
Fase
6: Memberikan Penghargaan
|
|
||||
1. Memberikan penghargaan kepada siswa baik dalam
kelompok maupun individu
|
3
|
4
|
3
|
3,33
|
Baik
|
2. Guru meminta siswa untuk menyimpulkan materi
|
3
|
3
|
4
|
3,33
|
Baik
|
3. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada
pertemuan berikutntnya
|
3
|
3
|
3
|
3
|
Baik
|
4. Guru menutup pertemuan dengan mengucapkan salam
|
3
|
4
|
4
|
3,66
|
Sangat baik
|
Rata-rata
|
|
|
|
3,53
|
Sangat baik
|
Berdasarkan tabel 4.1
di atas dari beberapa komponen yang diamati pada siklus I setelah dianalisis
diperoleh rata-rata keseluruhan yaitu 3,53 , sehingga kreteria kemampuan guru
mengelola pembelajaran berada dikategori “Baik sekali”.
2. Hasil
Observasi Aktivitas siswa Siklus I
Data
aktivitas siswa selama pelaksanaan siklus I diperoleh melalui hasil observasi
aktivitas siswa selama proses belajar mengajar berlangsung pada setiap
pertemuan. Adapun Deskripsi
atau gambaran hasil observasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung pada siklus I dapat
dilihat dari tabel 4.2 berikut ini:
Tabel
4.2 Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran Berlangsung pada Siklus I
No
|
Komponen yang Diamati
|
Pertemuan
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
||
1
|
Mencatat
hasil pembahasan
|
75,86
|
79,31
|
68,96
|
T
e
s
S i k l
u s
I
|
2
|
Mengajukan
pendapat kepada guru atau kepada siswa lain.
|
44,83
|
44,83
|
34,48
|
|
3
|
Merespon
pertanyaan/ instruksi guru.
|
24,14
|
41,38
|
41,38
|
|
4
|
Berpartispasi
dalam kelompok.
|
65,52
|
79,31
|
62,07
|
|
5
|
Mempresentasekan
hasil kerja kelompoknya.
|
20,68
|
31,03
|
24,14
|
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa:
i. Rata-rata
persentase siswa yang memperhatikan dan mencatat pembahasan materi adalah 74,71%
dan 25,29% lainnya adalah siswa yang tidak memperhatikan pembahasan materi,
disebabkan karna bermain dan saling mengganggu dengan teman sebangkunya,
sehingga peran guru sangat penting dalam membimbing siswa untuk memahami
kebermaknaan dari materi yang dibahas agar siswa ikut partisipan di dalam
kegiatan belajar.
ii.
Rata-rata persentase siswa yang mengajukan pendapat kepada guru atau kepada siswa
lain adalah 41,38%. Hal ini mengindikasikan timbulnya
kesadaran dan kesungguhan siswa untuk belajar matematika dan menyelesaikan LKS
yang di berikan.
iii.
Rata-rata persentase siswa yang merespon atau mengajukan
pertanyaan tentang materi pelajaran adalah 35,63% disebabkan karna materi yang di ajarkan
belum bisa dikuasai oleh siswa sehingga guru haruslah berupaya membimbing dan
mengarahkan siswa untuk mampu berpikir tingkat tinggi serta antusias dalam
memecahkan masalah.
iv.
Rata-rata persentase siswa yang berpartisipasi
dalam kelompok adalah 68,97% dan yang kurang
aktif dalam kegiatan kelompok adalah 31,03%, disebabkan karna masih
mengandalkan temannya yang lain, sehingga guru berperan sebagai motivator dan
fasilitator untuk memperluas persentase siswa atau penguatan kemampuan siswa
sehingga siswa mampu berkolaboratif satu dengan yang lainya.
v.
Rata-rata persentase siswa yang memberanikan
diri mempresentasekan hasil
kerja kelompoknya adalah 25,28%, hal ini menunjukkan bahwa siswa
semakin paham tentang materi pembelajaran yang di berikan.
Dengan melihat aktivitas presentase siswa diatas dapat
disimpulkan bahwa rata-rata aktivitas siswa pada Siklus I yaitu 49,19 % ini
berarti belum memenuhi kriteria ketuntasan yang diharapkan, karena dikatakan
tuntas secara klasikal apabila sekurang-kurangnya 75 % siswa terlibat aktif
dalam proses pembelajaran.
3.
Hasil
Belajar
Berdasarkan
hasil belajar yaitu tes hasil belajar
siklus I siswa diperoleh tabel 4.3 berikut ini:
Tabel
4.3 Statistik Skor Hasil Tes Siswa Pada Siklus I
Statistik
|
Nilai
Statistik
|
Subjek
|
29
|
Skor Ideal
|
100
|
Skor Rata-Rata
|
65
|
Skor Tertinggi
|
80
|
Skor Terendah
|
45
|
Rentang Skor
|
35
|
Dari Tabel 4.3
menunjukkan bahwa skor rata-rata (mean) hasil belajar matematika setelah diterapkan
Metode Pembelajaran Inkuiri pada
siswa kelas XI Administrasi Perkantoran SMK Muhammadiyah 2
Bontoala Makassar adalah 65 dari skor ideal yang mungkin dicapai adalah 100. Sedangkan
secara individual skor yang dicapai siswa pada penerapan ini tersebar dengan
skor tertinggi 80 dan skor terendah 45
dari skor tertinggi yang mungkin dicapai 100 dan skor terendah yang mungkin dicapai
0, dengan rentang skor 35.
Setelah
skor hasil tes siswa dikelompokkan ke dalam lima kategori, maka diperoleh
distribusi frekuensi dan persentase sebagai berikut:
Tabel 4.4
Distribusi
Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Tes pada Siklus I
Interval Skor
|
Kategori
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
|
Sangat
Rendah
|
7
|
24,13
|
|
Rendah
|
6
|
20,69
|
|
Sedang
|
13
|
44,83
|
|
Tinggi
|
3
|
10,35
|
|
Sangat Tinggi
|
-
|
-
|
Jumlah
|
29
|
100%
|
Dari Tabel 4.4
menunjukkan bahwa terdapat 24,13% siswa berada pada kategori sangat rendah, 20,69%
siswa yang berada pada kategori rendah, 44,83% berada pada kategori sedang,
10,35% berada pada kategori tinggi, serta 0% atau tidak ada siswa berada pada
kategori sangat tinggi. Ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan siswa masih
kurang. Di samping itu, sesuai skor rata-rata dari hasil tes pada Siklus I
yaitu sebesar 65. Hal ini berarti skor rata-rata hasil belajar matematika siswa
kelas XI Administrasi Perkantoran SMK Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar setelah
Metode Pembelajaran Inkuiri berada
dalam kategori rendah. Gambaran
ketuntasan hasil belajar siswa Kelas XI Administrasi Perkantoran SMK
Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar yang diperoleh
berdasarkan skor hasil belajar adalah sebagai berikut:
Tabel. 4.5
Deskriptif
Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus I
Skor
|
Kategori
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
|
Tidak tuntas
|
13
|
44,82
|
|
Tuntas
|
16
|
55,18
|
Jumlah
|
29
|
100
|
Dari Tabel 4.5 menunjukkan
persentase ketuntasan belajar siswa Kelas XI Administrasi Perkantoran
SMK Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar sebesar 44,82% atau 13 dari 29
siswa termasuk dalam kategori tidak
tuntas dan 55,18% atau 16 dari 29 siswa termasuk dalam kategori tuntas.
d. Tahap
Refleksi Siklus 1
Pada pertemuan pertama Siklus
I ini merupakan awal dengan menggunakan metode pembelajaran baru yang berbeda
dengan apa yang digunakan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya. Sehingga
pertemuan ini merupakan tahap penyesuaian terhadap metode yang diterapkan.
Dilihat dari observasi dan evaluasi hasil
belajar siswa maka dapat disimpulkan bahwa pada Siklus I belum mencapai hasil
yang memuaskan dikarenakan bahwa masih ada siswa yang kurang aktif dalam
menyelesaikan soal-soal yang diberikan, karena masih terdapat siswa yang
melakukan kegiatan lain pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung dan masih
terdapat siswa yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah serta tugas kelompoknya.
e. Rekomendasi
Karena hasil akhir Siklus I belum menunjukkan
hasil yang maksimal maka perlu dilanjutkan pada Siklus II.
2.
Deskripsi Pelaksanaan Siklus II
a. Tahap
Perencanaan
Pada tahap ini relatif sama dengan tahapan
perencanaan pada Siklus I yaitu peneliti melakukan diskusi awal dengan guru
mata pelajaran untuk membahas permasalahan yang akan dipecahkan dalam
penelitian ini setelah itu menelaah kurikulum matematika SMK muahammadiyah 2
Bontoala Makassar kelas XI Administrasi Perkantoran berdasarkan kurikulum 2013.
Adapun standar kompetensi yang akan dicapai melalui kegiatan pembelajaran
adalah mendeskripsikan dan menganalisis konsep dasar operasi matriks dan
sifat-sifat operasi matriks serta menerapkannya dalam pemecahan masalah.
Sehingga berdasarkan standar kompetensi (SK) itulah maka
ditetapkan materi ajar yaitu Matriks. Selanjutnya setelah menetapkan
materi ajar peneliti kemudian membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan metode Pembelajaran Inkuiri.
Selanjutnya peneliti juga menyiapkan bahan-bahan penunjang untuk kelancaran
penelitian, antara lain: lembar observasi, alat evaluasi, serta
referensi-referensi yang relevan yang berkaitan dengan materi ajar. Selain itu,
peneliti juga merancang dan membuat LKS dan tes hasil belajar Siklus II.
b.
Tahap Pelaksanaan Tindakan
Siklus kedua dilaksanakan selama 4 kali
pertemuan, 3 kali pembahasan materi dan I kali pertemuan pemberian tes. Siklus
II dilaksanakan setelah pada Siklus I
indikator kinerja belum tercapai. Dengan demikian sebagai gambaran
pelaksanaan Siklus II adalah bahwa pada prinsipnya pelaksanaan Siklus ini
didasari oleh hasil observasi, evaluasi dan refleksi pada Siklus I.
c. Tahap
Observasi dan Evaluasi
1. Hasil
Observasi Kemampuan guru
Untuk mengetahui bagaimana kemampuan guru mengelola
pembelajaran di kelas digunakan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.
Aspek yang
dinilai adalah :
Tabel 4.6 Distribusi
Frekuensi dan Persentasi Keterlaksanaan Pembelajaran
di
Kelas Pada Siklus II:
Kegiatan
Guru
|
Pertemuan
|
Rata-rata
|
Kategori
|
||
I
|
II
|
III
|
|
|
|
Kegiatan
awal (
10 menit)
Fase
1: Menyampaikan tujuan pembelajaran dan
memotivasi siswa
|
|
||||
1.
Guru
menyampaikan pelajaran dengan salam, doa bersama, dan mengecek kehadiran
siswa
|
4
|
4
|
4
|
4
|
Sangat baik
|
2.
Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran
|
3
|
4
|
4
|
3,66
|
Sangat baik
|
3.
Guru
memberikan motivasi kepada siswa tentang pentingnya materi yang akan
dipelajari
|
2
|
3
|
3
|
2,66
|
baik
|
Kegiatan
Inti (
Fase
2 : Guru menyajikan informasi
|
|
||||
1. Guru menyampaikan informasi/materi matriks dengan
jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
|
3
|
3
|
4
|
3,33
|
Baik
|
2. Membimbing siswa mengenali materi pelajaran
|
3
|
3
|
4
|
3,33
|
Baik
|
Fase
3 : Mengorganisasikan Siswa Kedalam
Kelompok Belajar
|
|
||||
1. Guru meminta kepada siswa untuk membentuk kelompok
yang beranggotakan 4 sampai 5 orang.
|
3
|
3
|
3
|
3
|
Baik
|
2. Guru membagikan LKS yang berhubungan dengan konsep materi kepada siswa dan meminta siswa untuk
mendiskusikan tentang penyelesaian soal yang ada di LKS
|
3
|
3
|
3
|
3
|
Baik
|
Fase 4:Membantu
kelompok bekerja dan belajar
|
|
||||
Guru membimbing siswa pada saat mengerjakan LKS
|
3
|
4
|
4
|
3,66
|
Sangat baik
|
Fase
5 : Evaluasi
|
|
||||
1. Guru meminta beberapa
kelompok untuk mempersentasikan hasil yang diperoleh dan meminta kelompok
lain untuk menanggapinya.
|
3
|
3
|
4
|
3,33
|
Baik
|
2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa menanyakan
hal-hal yang belum dimengerti dan memberikan penguatan terhadap jawaban siswa
|
3
|
4
|
3
|
3,33
|
Baik
|
Kegiatan
Akhir
Fase
6: Memberikan Penghargaan
|
|
||||
1. Memberikan penghargaan kepada siswa baik dalam
kelompok maupun individu
|
3
|
4
|
3
|
3,33
|
Baik
|
2. Guru meminta siswa untuk menyimpulkan materi
|
3
|
3
|
4
|
3,33
|
Baik
|
3. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada
pertemuan berikutntnya
|
3
|
3
|
3
|
3
|
Baik
|
4. Guru menutup pertemuan dengan mengucapkan salam
|
3
|
4
|
4
|
3,66
|
Sangat baik
|
Rata-rata
|
|
|
|
3,58
|
Sangat baik
|
Berdasarkan tabel 4.6
di atas dari beberapa komponen yang diamati pada siklus II setelah dianalisis
diperoleh Rata-rata secara keseluruhan yaitu 3,58
yang berada pada kategori sangat baik.
2.
Hasil Observasi Aktivitas siswa Siklus II
Pada tahap ini dilaksanakan
proses observasi dan evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan
lembar observasi yang telah dibuat serta melaksanakan evaluasi berupa tes hasil
belajar Siklus II setelah 3 kali pertemuan. Tes hasil belajar siswa yang diberikan
berbentuk uraian sebanyak 4 item sebagaimana tercantum pada lampiran.
Adapun hasil observasi diperoleh gambaran bahwa aktivitas dan
kehadiran siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran matematika semakin
meningkat. Hal ini diindikasikan pada table 4.7
Tabel
4.7 Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran Berlangsung pada Siklus II
No
|
Komponen yang Diamati
|
Pertemuan
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
||
1
|
Mencatat
hasil pembahasan
|
75,86
|
86,21
|
96,55
|
T
E
S
S I K L
U S
II
|
2
|
Mengajukan
pendapat kepada guru atau kepada siswa lain.
|
75,86
|
75,86
|
75,86
|
|
3
|
Merespon
pertanyaan/ instruksi guru.
|
55,17
|
72,41
|
79,31
|
|
4
|
Berpartispasi
dalam kelompok.
|
79,31
|
79,31
|
96,55
|
|
5
|
Mempresentasekan
hasil kerja kelompoknya.
|
55,17
|
55,17
|
68,96
|
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa:
i.
Rata-rata persentase siswa yang memperhatikan dan
mencatat pembahasan materi adalah 86,21% dan 13,79% lainnya adalah siswa yang
tidak memperhatikan pembahasan materi, disebabkan karna bermain dan saling
mengganggu dengan teman sebangkunya, sehingga peran guru sangat penting dalam
membimbing siswa untuk memahami kebermaknaan dari materi yang dibahas agar
siswa ikut partisipan di dalam kegiatan belajar.
ii.
Rata-rata persentase siswa yang mengajukan pendapat kepada guru atau kepada siswa lain adalah
75,86%. Hal ini mengindikasikan semakin timbulnya kesadaran dan kesungguhan
siswa untuk belajar matematika dan menyelesaikan LKS yang di berikan.
iii.
Rata-rata persentase siswa yang merespon atau
mengajukan pertanyaan tentang materi pelajaran adalah 68,96%. Hal ini juga
mengindikasikan tingkat penguasaan terhadap materi semakin bertambah. Namun
guru masih harus berupaya membimbing dan mengarahkan siswa untuk mampu berpikir
tingkat tinggi serta antusias dalam memecahkan masalah.
iv.
Rata-rata persentase siswa yang berpartisipasi
dalam kelompok adalah 85,06% dan yang kurang aktif dalam kegiatan kelompok
adalah 14,94%, disebabkan karna masih mengandalkan temannya yang lain, sehingga
guru berperan sebagai motivator dan fasilitator untuk memperluas persentase
siswa atau penguatan kemampuan siswa sehingga siswa mampu berkolaboratif satu
dengan yang lainya.
v.
Rata-rata persentase siswa yang memberanikan
diri mempresentasekan hasil
kerja kelompoknya adalah 59,77%, hal ini menunjukkan bahwa siswa
semakin paham tentang materi pembelajaran yang di berikan.
Dengan
melihat aktivitas presentase siswa diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas
siswa pada Siklus II Telah memenuhi kriteria ketuntasan yang diharapkan karena
rata-rata presentase aktivitas siswa sudah
di atas rata-rata ketuntasan secara klasikal yaitu lebih dari 75 % siswa sudah terlibat
aktif dalam proses pembelajaran
3.
Hasil
Belajar
Berdasarkan
hasil belajar yaitu tes hasil belajar
siklus II siswa diperoleh tabel 4.8 berikut ini:
Tabel.
4.8 Statistik Skor Hasil Tes Siswa Pada Siklus II
Statistik
|
Nilai Statistik
|
Subjek
|
29
|
Skor Ideal
|
100
|
Skor Rata-rata
|
75,96
|
Skor Tertinggi
|
95
|
Skor Terendah
|
65
|
Rentang Skor
|
30
|
Dari Tabel 4.8
menunjukkan bahwa skor rata-rata (mean) hasil belajar matematika setelah
diterapkan Metode Pembelajaran Inkuiri pada
siswa kelas XI Administrasi Perkantoran SMK Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar
adalah 75,96 dari skor ideal yang mungkin dicapai adalah 100. Sedangkan secara
individual skor yang dicapai siswa pada penerapan ini tersebar dengan skor tertinggi
95 dan skor terendah 65 dari skor tertinggi yang mungkin dicapai 100 dan skor
terendah yang mungkin dicapai 0, dengan rentang skor 30.
Setelah skor hasil tes
siswa dikelompokkan ke dalam lima kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi
dan persentase sebagai berikut:
Tabel 4.9.
Distribusi
Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Tes pada Siklus II
Interval
Skor
|
Kategori
|
Frekuensi
|
Persentase
(%)
|
|
Sangat Rendah
|
-
|
-
|
|
Rendah
|
2
|
6,90
|
|
Sedang
|
17
|
58,62
|
|
Tinggi
|
7
|
24,14
|
|
Sangat tinggi
|
3
|
10,34
|
Jumlah
|
29
|
100%
|
Dari
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa tidak ada siswa yang berada pada kategori sangat rendah dan terdapat 6,90% siswa yang berada pada kategori
rendah, 58,62% siswa berada pada kategori sedang, dan 24,14% hasil belajar
siswa berada dalam kategori tinggi, dan 10,34% hasil belajar siswa yang berada
pada kategori sangat tinggi. Namun ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan
siswa sudah cukup. Di samping itu, sesuai skor rata-rata dari hasil tes pada
Siklus II yaitu sebesar 75,96 jika dikonversikan ke dalam skala lima berada
dalam kategori sedang. Gambaran ketuntasan hasil belajar siswa Kelas XI
Administrasi Perkantoran SMK Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar yang diperoleh berdasarkan skor hasil belajar adalah
sebagai berikut:
Tabel.
4.10
Deskriptif Ketuntasan Belajar
Siswa pada Siklus II
Skor
|
Kategori
|
Frekuensi
|
Persentase
(%)
|
|
Tidak tuntas
|
2
|
6,90
|
|
Tuntas
|
27
|
93,10
|
Jumlah
|
29
|
100
|
Berdasarkan Tabel 4.10
dideskripsikan bahwa hasil belajar
matematika siswa pada Kelas XI Administrasi Perkantoran
SMK Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar setelah dilakukan tindakan pada Siklus II sebesar 6,90% atau 2 dari 29
siswa termasuk dalam kategori tidak
tuntas dan 93,10% atau 27 dari 29 siswa termasuk dalam kategori tuntas.
d.
Tahap Refleksi
Siklus kedua yang
dilaksanakan selama 3 kali pertemuan dan I kali tes hasil belajar terlihat ada
peningkatan dari Siklus I ke siklus II sehingga ketuntasan belajar sudah tercapai. Siswa terlihat lebih berusaha
bekerja sama dan berdiskusi dalam menyelesaikan soal-soal latihan yang
diberikan oleh guru. Rasa percaya diri siswa untuk mengerjakan soal latihan di
papan tulis semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari munculnya siswa yang
selama ini kurang aktif termotivasi tampil di depan kelas untuk mengerjakan
soal latihan yang diberikan.
Secara umum dapat dikatakan
bahwa pembelajaran dengan menggunakan Metode
Pembelajaran Inkuiri pada Siklus II lebih baik dari Siklus I. Walaupun
masih ada beberapa yang belum tercapai. Keberhasilan pembelajaran Inkuiri pada Siklus II dapat dilihat dari peningkatan
skor rata-rata hasil belajar siswa dan perubahan siswa yang dinilai lebih baik dari
Siklus I yaitu dari 65 skor rata-rata siklus I menjadi 75,96 skor
rata-rata siklus II.
Untuk respons siswa
terhadap Metode Pembelajaran Inkuiri diperoleh melalui angket yang diberikan
pada akhir siklus II. Adapun respons siswa terhadap Metode Pembelajaran Inkuiri
dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut ini:
Tabel 4.11
Angket Respons Siswa Terhadap Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Metode
Pembelajaran Inkuiri
Pertanyaan
|
Jawaban
|
Persentase
|
||
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
|
1.
Apakah
Anda senang terhadap pelajaran matematika?
|
27
|
2
|
93,10
|
6,90
|
2. Apakah Anda menyukai pelajaran matematika dengan menggunakan Metode pembelajaran
Inkuiri?
|
29
|
0
|
100
|
0
|
3.
Apakah
Anda menyukai cara mengajar yang diterapkan guru dalam proses pembelajaran
dengan menggunakan Metode pembelajaran Inkuiri?
|
28
|
1
|
96,55
|
3,45
|
4.
Apakah
Anda termotivasi untuk belajar matematika, setelah diterapkan Metode
pembelajaran Inkuiri?
|
28
|
1
|
96,55
|
3,45
|
5.
Apakah
dengan Metode pembelajaran Inkuiri dapat membantu dan mempermudah Anda
memahami materi pelajaran matematika?
|
26
|
3
|
89,66
|
10,44
|
6.
Apakah
dengan Metode pembelajaran Inkuiri dalam pembelajaran membuat Anda menjadi
siswa yang aktif?
|
28
|
1
|
96,55
|
3,45
|
7.
Apakah
Anda senang berbagi pengetahuan dan
pengalaman dalam Metode pembelajaran Inkuiri?
|
26
|
3
|
89,66
|
10,44
|
8.
Apakah
rasa percaya diri Anda meningkat dalam mengeluarkan ide/pendapat/pertanyaan
pada kegiatan pembelajaran denganMetode pembelajaran Inkuiri?
|
27
|
2
|
93,10
|
6,90
|
9.
Apakah
Anda merasakan ada kemajuan setelah diterapkan Metode pembelajaran Inkuiri?
|
28
|
1
|
96,55
|
3,45
|
10. Apakah Anda lebih muda mengingat materi yang diajarkan dalam pembelajaran matematika melalui Metode pembelajaran
Inkuiri?
|
28
|
1
|
96,55
|
3,45
|
11.
Apakah Metode pembelajaran Inkuiri merupakan hal yang baru bagi
Anda?
|
27
|
2
|
93,10
|
6,90
|
Jumlah
|
1041
|
58,82
|
||
|
94%
|
5,34%
|
Berdasarkan tabel 4.11 dapat
dilihat bahwa dari 29 siswa Kelas XI Administrasi Perkantoran SMK Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar persentase
siswa yang senang
terhadap pelajaran matematika yaitu 93,10%,
persentase siswa yang menyukai pelajaran matematika dengan menggunakan
Metode pembelajaran Inkuiri yaitu 100 %,
persentase siswa yang menyukai
cara mengajar yang diterapkan guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan
Metode pembelajaran Inkuiri yaitu 96,55%, persentase siswa
yang termotivasi
untuk belajar matematika, setelah diterapkan Metode pembelajaran Inkuiri
yaitu 96,55%, persentase siswa yang
dengan Metode
pembelajaran Inkuiri dapat membantu dan mempermudah memahami materi pelajaran
matematika yaitu 89,66%,persentase siswa yang dengan Metode pembelajaran
Inkuiri dalam pembelajaran menjadikan
siswa aktif yaitu96,55 %,
persentase siswa yang senang
berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam
Metode pembelajaran Inkuiri yaitu
89,66%,persentase siswa yang rasa percaya diri meningkat dalam mengeluarkan
ide/pendapat/pertanyaan pada kegiatan pembelajaran dengan Metode pembelajaran
Inkuiri yaitu 93,10%,
persentase siswa yang merasakan ada kemajuan
setelah diterapkan Metode pembelajaran Inkuiri
yaitu96,55
%, persentase siswa yang lebih muda mengingat
materi yang diajarkan dalam pembelajaran matematika melalui Metode pembelajaran
Inkuiri
yaitu 96,55% dan persentase siswa yang mengatakan bahwa Metode pembelajaran Inkuiri merupakan hal yang
baru bagi mereka yaitu
93,10%.
Dari
data presentase respons siswa diatas Jumlah siswa yang merespons positif “ya’
terhadap pembelajaran dengan menggunakan Metode pembelajaran Inkuiri adalah 94
%
e. Rekomendasi
Dari dua Siklus yang telah
dilaksanakan dengan menggunakan Metode
Pembelajaran Inkuiri diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Sebagian
siswa sudah mampu memahami makna dari pada matematika sesungguhnya yang
dikaitkan dengan kehidupan nyata.
2. Dapat
meningkatkan rasa percaya diri dan kemandirian
belajar siswa, hal ini terlihat
pada hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti.
3. Terjadi
peningkatan hasil belajar Siklus I ke Siklus II dengan menggunakan Metode Pembelajaran Inkuiri.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1.
Hasil
Pembahasan Tindakan Siklus I
Berdasarkan hasil analisis atau pelaksanaan siklus I, maka secara
deskriptif hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa setelah pelaksanaan
tindakan siklus I, nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 65 dari 100
nilai yang mungkin dicapai, dan setelah dikelompokkan dalam 5 kategori terlihat
bahwa dari 29 orang siswa yang menjadi sampel penelitian yang memiliki hasil
belajar matematika yang dikategorikan sangat rendah sebanyak 7 orang atau
sekitar 24,13%, yang dikategorikan rendah sebanyak 6 orang atau sekitar 20,69%,
yang dikategorikan sedang 13 orang siswa atau sekitar 44,83%; yang
dikategorikan tinggi sebanyak 3 orang siswa atau sekitar 10,35%, dan tidak ada
siswa yang berada di kategori sangat tinggi.
Nilai rata-rata yang diperoleh siswa dikategorikan ke dalam lima kategori,
terlihat bahwa hasil belajar siswa Kelas XI Administrasi Perkantoran SMK
Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar pada siklus I berada dalam kategori rendah.
Secara deskriptif ini menunjukkan bahwa setelah pelaksanaan
tindakan siklus I, hasil belajar siswa Kelas XI Administrasi Perkantoran SMK
Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar menunjukkan bahwa siswa yang dikategorikan
tuntas belajar yaitu 44,82% atau 13 siswa dari 29 siswa dan yang termasuk dalam
kategori tidak tuntas yaitu 55,18% atau 16 dari 29 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah siswa yang
dikategorikan tuntas belajar masih sedikit dan belum mencapai kriteria
ketuntasan minimal yaitu jika jumlah siswa yang memperoleh nilai minimal 70.
Selama pelaksanaan siklus I dengan persentase rata-rata siswa yang
memperhatikan dan mencatat hasil pembahasan materi 74,71%, yang mengajukan
pendapat kepada guru atau kepada siswa lain 41,38%, yang merespon atau mengajukan
pertanyaan tentang materi yang yang dibahas 35,63%, yang berpartispasi dalam kelompok 68,97%, yang mempresentasekan hasil kerja kelompoknya 25,28%.
Pada umumnya siswa hanya mengikuti
kegiatan seperti pembelajaran sebelumnya, yakni hanya mendengar dan
mencatat pelajaran yang diberikan tanpa
ada inisiatif untuk mengajukan
pertanyaan maupun tanggapan, melihat keadaan demikian siswa yang tidak aktif
dimotivasi dan diarahkan sedemikian hingga berani menjawab soal-soal yang
diberikan.
Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan siklus I, maka pada
pelaksanaan siklus II direkomendasikan beberapa hal sebagai bahan penyempurnaan
yang dimaksudkan tersebut diantaranya: (1)
mengidentifikasikan pelaksanaan penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri; (2) mengurangi atau menghindari
perilaku siswa yang sempat menganggu pelaksanaan proses belajar mengajar; dan
(3) melaksanakan secara intensif indikator pembelajaran dalam pelaksanaan
proses belajar mengajar.
2.
Hasil
Pembahasan Tindakan Siklus II
Berdasarkan hasil analisis
data yang telah diuraikan di atas, maka secara deskriptif menunjukkan bahwa setelah pelaksanaan tindakan siklus II,
nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 75,96 dan setelah dikelompokkan dalam 5
kategori ternyata dari 29 orang siswa
Kelas XI Administrasi Perkantoran SMK Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar yang
menjadi sampel penelitian, tidak ada siswa yang mendapat nilai sangat rendah dan rendah, yang dikategorikan
sedang sebanyak 19 orang siswa atau sekitar 65,52%, yang dikategorikan tinggi sebanyak
7 orang siswa atau sekitar 24,14%, dan yang dikategorikan sangat tinggi
sebanyak 3 orang siswa atau sekitar 10,34%.
Nilai rata-rata yang diperoleh siswa dan setelah dikategorikan ke
dalam lima kategori, terlihat bahwa hasil belajar siswa Kelas XI Administrasi
Perkantoran SMK Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar berada dalam kategori sedang.
Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan di mana setelah pelaksanaan tindakan Siklus I
rata-rata hasil belajar siswa termasuk kategori rendah. Setelah pelaksanaan
siklus II meningkat dengan kategori sedang dan rata-rata hasil belajar siswa
meningkat.
Hasil analisis deskriptif penelitian ini juga mengungkapkan bahwa
setelah pelaksanaan tindakan siklus II secara umum hasil belajar matematika
siswa Kelas XI Administrasi Perkantoran SMK Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar meningkat.
Jumlah siswa yang dikategorikan belum tuntas belajar 2 orang atau sekitar 6,90%;
jumlah siswa yang dikategorikan tuntas
belajar 27 siswa atau sekitar 93,10%. Hal ini sudah mencapai kriteria
ketuntasan minimal.
Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa terjadi
peningkatan hasil belajar siswa dari nilai rata-rata 65 pada Siklus I dan
setelah Siklus II diperoleh rata-rata mencapai 75,96 ini menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan hasil belajar setelah menerapkan Metode Pembelajaran Inkuiri pada siswa
Kelas XI Administrasi Perkantoran SMK Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar.
Berdasarkan pengamatan tingkah
laku siswa, maka secara deskriptif diungkapkan bahwa persentase siswa yang
terlibat aktif dalam proses belajar mengajar mengalami peningkatan. Hal ini
berdasarkan persentase rata-rata siswa yang memperhatikan dan mencatat hasil pembahasan
materi 74,71% menjadi 85,05%, yang mengajukan pendapat kepada guru atau kepada
siswa lain 41,38% menjadi 63,22%, yang merespon atau mengajukan pertanyaan
tentang materi yang yang dibahas 35,63% menjadi 44,83%, yang berpartispasi dalam kelompok 68,97%
menjadi 78,16%, yang mempresentasekan hasil kerja
kelompoknya 25,28% menjadi 31,03%.
Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan siklus I, maka pada
pelaksanaan siklus II direkomendasikan beberapa hal sebagai bahan penyempurnaan
yang dimaksudkan tersebut diantaranya: (1) mengidentifikasikan pelaksanaan
penerapan metode pembelajaran inkuiri;
(2) mengurangi atau menghindari perilaku siswa yang sempat menganggu
pelaksanaan proses belajar mengajar; dan (3) melaksanakan secara intensif
indikator pembelajaran dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.
BAB
V
PENUTUP
A.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang berlangsung selama dua
siklus dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.
Hasil belajar matematika Kelas XI
Administrasi Perkantoran SMK Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar melalui Metode Pembelajaran Inkuiri pada siklus
I adalah rata-rata 65 dengan skor
minimum 45 dan maksimum 80 dengan persentase ketuntasan 55,18% sedangkan pada
siklus II skor rata-rata 75,96 dengan skor minimum 65 dan skor maksimum 95 dengan
persentase ketuntasan 93,10%
2.
Proses keterlaksanaan pembelajaran dengan
metode Inkuiri dari pertemuan pertama sampai terakhir terlaksana dengan baik,
hal ini ditandai dengan rata-rata keterlaksanaan pembelajaran pada siklus I
yaitu 3,53 menjadi 3,58 pada siklus ke II.
3.
Terjadi perubahan sikap siswa selama
proses pembelajaran sesuai dengan hasil observasi yaitu dengan adanya penerapan
Metode pembelajaran Inkuiri dengan rata-rata persentase aktivitas siswa dari
Siklus I yaitu 49,19% menjadi 75,17% pada siklus ke-II
4.
63
|
Jadi hasil penelitian dengan menerapkan metode pembelajaran inkuiri
berhasil meningkatkan kualitas pembelajaran matematika Kelas XI Administrasi Perkantoran SMK Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar.
B.
Saran
Berdasarkan
hasil yang diperoleh dalam penelitian, refleksi dan kesimpulan di atas, maka
saran yang dapat dikemukakan oleh
penulis adalah:
1.
Untuk
meningkatkan pemahaman siswa tentang materi yang akan diajarkan, sebaiknya
dalam mengajar guru harus mengetahui kemampuan dasar siswa sehingga guru bisa
memotivasi dan mengarahkan siswa untuk mengerjakan soal-soal baik LKS maupun
evaluasi secara mandiri.
2.
Diharapkan
kepada pihak sekolah untuk pelatihan khusus kepada guru bidang studi mengenai
strategi atau metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi sekolah sehingga setiap guru pada
semua jenjang pendidikan dapat memberikan yang terbaik kepada siswa yang di didiknya.
How to repair, repair, repair, repair or upgrade your welding titanium
BalasHapus1. titanium joes Make sure you know when titanium dive knife you need to repair titanium athletics and upgrade is titanium lighter than aluminum your welding titanium parts from one of the titanium tent stakes top