Sabtu, 17 Desember 2016

isi skirpsi



BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas manusia seutuhnya adalah misi pendidikan yang menjadi tanggung jawab profesional setiap guru. Pengembangan kualitas manusia ini menjadi keharusan, terutama dalam memasuki era globalisasi sekarang ini, agar generasi muda kita tidak menjadi korban dari generasi itu sendiri. Pendidikan yang berorientasi pada kualitas ini menghadapi berbagai tantangan yang tidak bisa ditanggulangi dengan paradigma yang lama. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang cepat tidak dapat dikejar dengan cara-cara lama yang dipakai dalam sekolah-sekolah.
Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
1
Meskipun demikian guru lebih memilih untuk menerapkan model pembelajaran yang tradisional ini, karena lebih praktis karena tidak memerlukan alat dan bahan praktek, cukup menjelaskan konsep-konsep yang ada pada buku ajar atau referensi lain. Dalam hal ini siswa tidak diajarkan strategi belajar yang dapat memahami bagaimana belajar, berpikir dan memotivasi diri sendiri. Masalah ini banyak dijumpai dalam kegiatan proses belajar mengajar di kelas. Oleh karena itu, setiap guru di harapkan dapat menerapkan suatu strategi belajar yang dapat membantu siswa untuk memahami materi ajar dan aplikasinya di dalam kehidupan sehari-hari.
Mengajar bukan lagi usaha untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, melainkan juga usaha menciptakan sistem lingkungan yang membelajarkan subjek didik agar tujuan pengajaran dapat tercapai secara optimal. Mengajar dalam pemahaman seperti ini memerlukan suatu strategi pembelajaran yang sesuai. Mutu pengajaran tergantung pada pemilihan strategi yang tepat bagi tujuan yang ingin dicapai, terutama dalam upaya mengembangkan kreativitas dan sikap inovatif subjek didik, untuk itu guru perlu mengembangkan kemampuan profesionalnya sebagai seorang tenaga pendidik untuk mengelola program pengajaran dengan strategi belajar mengajar yang kaya dengan variasi, untuk mendukung proses pengembangan tersebut dibutuhkan sumber yang relevan yakni buku-buku yang dapat membantu guru dan calon guru.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di SMK Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar pada tahun ajaran 2015/2016 tepatnya selasa 27 Oktober 2015 dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran yang digunakan di SMK Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar adalah pembelajaran yang berpusat pada guru. Siswa masih belum aktif dalam  kegiatan pembelajaran karena selama pembelajaran berlangsung guru banyak memberikan ceramah tentang materi sehingga aktivitas yang dilakukan siswa biasanya mendengar dan mencatat, sehingga jarang bertanya atau mengemukakan pendapat. Diskusi antar kelompok jarang dilakukan sehingga interaksi dan komunikasi antara siswa dan siswa lainnya maupun dengan guru masih belum terjalin. Berdasarkan data yang didapat menyatakan bahwa hasil ujian tengah semester kelas XI Administrasi Perkantoran SMK Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar  sangat rendah yaitu diantara 28 siswa, 6 siswa yang tuntas dan 22 siswa yang tidak tuntas dalam proses pembelajaran jika dipersentasikan maka 21,43% siswa yang tuntas dan 78,57% siswa dinyatakan tidak tuntas karena tidak mencapai angka KKM sebesar 70, berdasarkan data tersebut maka perlu dilakukan tindakan yaitu dengan mencoba menerapkan suatu metode pembelajaran yang inovatif dengan harapan kualitas pembelajaran matematika yang tadinya rendah dapat meningkat.  
Salah satu metode dari model-model pembelajaran inovatif dan konstruktif adalah metode pembelajaran inquiri. Sund dalam Trianto (2007:135) menyatakan inkuiri yang dalam bahasa inggris inquiry, berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi. Melalui metode pembelajaran inkuiri siswa diajak secara langsung ke dalam proses ilmiah dalam waktu yang relatif singkat. Latihan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif, dan siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi, siswa lebih efektif dalam semua bidang di dalam krikulum.
Berdasarkan penelitian tentang metode pembelajaran inkuiri yang pernah diteliti oleh La Ode Toting Hendrawan ( 2015 ) menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas VII SMP Kemala Bhayangkari Makassar mengalami peningkatan setelah diterapkan metode pembelajaran Inkuiri, yang meliputi skor rata-rata pada siklus 1 sebesar 61,25 meningkat menjadi 77,45. Terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa dari siklus 1 ke siklus 2 dan respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran matematika melalui Metode Pembelajaran Inkuiri kebanyakan siswa yang merespon positif.
Berdasar uraian di atas, maka penulis hendak melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul ’’Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika Materi Matriks melalui Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri pada Kelas XI  Administrasi Perkantoran SMK Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar’’.
B.       Perumusan Masalah
1.      Identifikasi masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, salah satu masalah utama dalam kegiatan pembelajaran matematika di SMK Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar adalah pembelajaran yang berpusat pada guru. Siswa masih belum aktif dalam  kegiatan pembelajaran karena selama pembelajaran berlangsung guru lebih banyak menyampaikan materi pelajaran dengan metode ceramah. Sehingga aktivitas yang dilakukan siswa biasanya mendengar dan mencatat, sehingga jarang bertanya atau mengemukakan pendapat. Diskusi antar kelompok jarang dilakukan sehingga interaksi dan komunikasi antara siswa dan siswa lainnya maupun dengan guru masih belum terjalin.hal inilah yang berdampak pada rendahnya kualitas pembelajaran siswa, sehingga tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan tidak dapat tercapai secara maksimal. Oleh karena itu agar tujuan pembelajaran dapat tercapai maka dibutuhkan solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu  dengan menerapkan metode pembelajaran inkuiri.
2.      Alternatif pemecahan
Untuk memecahkan masalah tentang rendahnya kualitas pembelajaran matematika kelas XI Administrasi Perkantoran SMK Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar, penulis menerapkan metode pembelajaran inkuiri.
3.       Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Apakah kualitas pembelajaran matematika melalui penerapan metode pembelajaran inkuiri pada kelas XI Administrasi Perkantoran Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar dapat ditingkatkan?
C.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika melalui penerapan metode pembelajaran inkuiri pada kelas XI Administrasi Perkantoran Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar.

D.    Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.       Bagi siswa
1)      Dapat menambah keterampilan siswa dalam memproses secara ilmiah (mengamati,mengumpulkan dan mengorganisasikan data,mengidentifikasikan variabel, merumuskan, dan menguji hipotesis, serta mengambil kesimpulan).
2)      Siswa dapat belajar secara mandiri.
3)      Dapat mengembangkan daya kreativitas siswa.
b.      Bagi guru
1)      Memberikan informasi kepada guru tentang pentingnya metode pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.
2)   Sebagai informasi bagi guru–guru, khususnya guru matematika SMK mengenai pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri.
c.      Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan informasi untuk mengembangkan penelitian selanjutnya terutama yang terkait dengan penelitian ini. Selain itu sebagai bekal kelak bagi peneliti ketika terjun langsung sebagai pendidik.











BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN
HIPOTESIS TINDAKAN

A.   Kajian Pustaka
1.      Pengertian Belajar
Belajar  mengandung  pengertian  terjadinya  perubahan  dari  persepsi  dan perilaku,  termasuk  juga  perbaikan  perilaku.  Belajar  tidak  hanya  meliputi  mata  pelajaran,  tetapi  juga  penguasaan,  kebiasaan,  kesenangan,  minat,  penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan dan cita-cita (Hamalik, 2009:45).
Menurut Hilgard dkk (Hamalik, 2009:45) mendefinisikan belajar sebagai perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas, praktek, dan pengalaman.Driscoll  (Smalldino,  2011:11)  mendefinisikan  belajar  sebagai perubahan terus menerus dalam kemampuan yang berasal dari siswa dan interaksi siswa  dengan  dunia.  Smalldino  sendiri  mendefinisikan  belajar  sebagai pengembangan pengetahuan, keterampilan, atau sikap yang baru ketika seseorang berinteraksi dengan informasi dan lingkungan.
Hamalik (2011:27-28) merumuskan dua definisi tentang belajar, yaitu:
7
1) Belajar  adalah  modifikasi  atau  memperteguh  kelakuan  melalui  pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing). Menurut  pengertian  ini, belajar  merupakan  suatu  proses,  suatu kegiatan  dan  bukan  suatu  hasil  atau  tujuan.  Belajar  bukan  untuk  mengingat, tetapi  untuk  mengalami,  hasil  belajar  bukan  nilai  melainkan  pengubahan kelakuan. Dari sini sudah terlihat perbedaan antara pengertian belajar  saat ini dengan pengertian belajar yang lama,  yang menyatakan bahwa belajar  adalah memperoleh  pengetahuan,  bahwa  belajar  merupakan  latihan-latihan pembentukan kebiasaan secara otomatis.
2) Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.Dari dua pengertian tadi jelas terlihat bahwa tujuan belajar itu prinsipnya sama,  yakni  perubahan  tingkah  laku,  hanya  berbeda  cara penyampaiannya. William Burton ( Hamalik, 2011:28)mengemukakan  bahwa  a  good learning  situation  consist  of  a  rich  and  varied  series  of  learning  experiences unified  around  a  vigorous  purpose  and  carried  on  it  interaction  with  a  rich, varied and propocative environment”. Situasi belajar yang baik terdiri dari kaya dan  bervariasinya  pengalaman  belajar  dengan  tujuan  yang  kuat  dan  yang  pada pelaksanaannya  berlandaskan  pada  interaksi,  variasi,  dan  lingkungan  yang menarik.
Beberapa pendapat di atas dapat saling melengkapi tentang definisi belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar bukanlah sebuah tujuan, tetapi merupakan suatu proses yang berkesinambungan untuk mencapai tujuan, dimana disana pasti terjadi interaksi antara individu dengan lingkungan atau melalui pengalaman yang menghasilkan perubahan maupun perbaikan pada perilaku yang bersifat menetap atau permanen.


1.    Kualitas Pembelajaran Matematika
Istilah kualitas berasal dari bahsa inggris (quality) dan sepadan dengan kata mutu dalam bahasa indonesia, merupakan bahasa yang tidak asing lagi dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam belajar harus mendapatkan perubahan perilaku yang positif pada tiap individu yang di didik. Perubahan ini disebabkan oleh pengalaman yang didapatkan masing-masing individu. Jika sudah mendapatkan perubahan itu barulah kualitas pembelajaran dinilai cukup baik.
Menurut Mulyasa (supriadi, 2015: 11) kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruh atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, disamping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya diri sendiri. Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%). Lebih lanjut proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila masukan merata menghasilkan output yang banyak dan bermutu tinggi.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa kualitas pembelajaran matematika meliputi kualitas proses dan kualitas hasil. Kualitas proses ditandai oleh keterlibatan siswa secara aktif mengikuti proses belajar mengajar. Sedangkan kualitas hasil ditandai dengan ketercapaian hasil belajar yang optimal.Dengan demikian kualitas pembelajaran merupakan salah satu titik tolak ukur yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya proses pembelajaran.adapun aspek-aspek dalam kualitas pembelajaran yaitu :
1)        Peningkatan pengetahuan
2)        Peningkatan keterampilan
3)        Perubahan sikap
4)        Perilaku
5)        Kemampuan adaptasi
6)        Peningkatan partisipasi
Menurut Morrison, Mokashi & Cotter (2006: 4-21) dalam risetnya telah merumuskan indikator kualitas pembelajaran yang direduksi kedalam 4 indikator. Keempat indikator kualitas pembelajaran tersebut meliputi
a.        Hasil belajar
Hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada seseorang setelah melalui proses pembelajaran. Pembelajaran dapat didefenisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan siswa yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar siswa dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Menurut Abdurrahman (Supriadi, 2015: 13), hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Menurut Bloom (Suprijono, 2012 : 6), hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan/ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), aplication (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, memebentuk bangunan baru) dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (menilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psokomotor meliputi initiatory, preroutine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajeril, dan intelektual.
            Berdasarkan beberapa pendapat para ahli yang dikemukakan di atas, dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas atau pengalaman belajar dalam mencapai tujuan
pendidikan dan diharapkan perubahan tersebut ke arah yang lebih baik.
b.        Aktivitas Siswa
Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam interaksi pembelajaran sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Dalam kegiatan belajar, subyek didik atau siswa harus aktif baik secara mental, fisik, maupun sosial.
Menurut Mulyono (2001 : 26), Aktivitas artinya “kegiatan atau keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktifitas.
Menurut Sriyono (Rosalia, 2002:2) bahwa aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar.
Jadi Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan – kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas – tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan
c.         Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran adalah proses yang diatur sedemikian rupa menurut langkah-langkah tertentu agar pelaksanaan mencapai hasil yang diharapkan (Sudjana, 2010 : 136). Menurut Syaiful dan Aswan Zain (2010:1) pelaksaaan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan siswa. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pelaksanaan pembelajaran dimulai. dalam pelaksanaan pembelajaran, guru melakukan beberapa tahap pelaksanaan pembelajaranantara lain :
Ø  Membuka Pelajaran
Ø  Penyampaian Materi Pembelajaran
Ø  Menutup Pembelajaran
d.   Respons siswa
Respons siswa dalam  kegiatan pembelajaran dipengaruhi oleh tenaga guru yaitu guru. Guru mampu menarik respons siswa jika guru tersebut menerapkan model pembelajaran yang bagus, seperti guru memberikan kuis, atau permainan. Adanya respons siswa dalam kegiatan  pembelajaran, maka akan terwujud kegiatan pembelajaran yang efektif dan kondusif.
Menurut Walgito (1980: 16-17), respon adalah suatu perbuatan yang merupakan hasil dari akhir adanya simulasi atau rangsangan, respon terbagi menjadi dua yaitu:
1. Respon atau reaksi yang reflektif (terjadi tanpa didasari oleh reseptor), dimana reaksi dari stimulus yang diterima tidak sampai ke otak sebagai pusat kesadaran.
2. Respon atau reaksi yang disadari, dimana stimulus yang diterima sampai ke otak sebagai pusat kesadaran dan benar -benar disadari oleh reseptor
Jadi Respons siswa merupakan suatu tanggapan atau pendapat siswa terhadap proses pembelajaran belajar mengajar. akan tampak berbagai macam respons yang diberikan siswa. Sebagai contoh respons yang ditunjukkan melalui tindakan siswa. Tindakan siswa dapat merubah perilaku siswa yang pada awalnya pasif diharapkan bisa lebih aktif dalam menanggapi materi yang diajarkan guru.







2.      Metode Pembelajaran Inkuiri
a.       Pengertian Metode Pembelajaran Inkuiri
Salah satu metode pembelajaran dalam bidang Sains, yang sampai sekarang masih tetap dianggap sebagai metode yang cukup efektif adalah metode inkuiri. David L. Haury dalam artikelnya, Teaching Science Through Inquiry (1993) mengutip definisi yang diberikan oleh Alfred Novak: inkuiri merupakan tingkah laku yang terlibat dalam usaha manusia untuk menjelaskan secara rasional fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu. Dengan kata lain, inkuiri berkaitan dengan aktivitas dan keterampilan aktif yang fokus pada pencarian pengetahuan atau pemahaman untuk memuaskan rasa ingin tahu (Haury,1993).
Metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar.Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode inkuiri adalah sebagai pembimbing dan fasilitator.Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah.Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi.
Sund menyatakan, seperti yang dikutip oleh Suryosubroto dalam Trianto (2010: 135) menyatakan bahwa:
“Discovery merupakan bagian dari inkuiri, atau inkuiri merupakan perluasan proses discovery yang di gunakan lebih mendalam. Inkuiri yang dalam bahasa inggris inkuiri, berartipertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang di lakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi”.

Gulo menyatakan dalam Trianto (2007:135) menyatakan:
Strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang   melibatkan secara maksimalseluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Sasaran utama kegiatan metode pembelajaran inkuiri adalah:
1.   Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar.
2.   Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran.
3.   Mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang yang ditemukan dalam proses inkuiri.
Kondisi umum yang merupakan syarat timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa adalah:
1.   Aspek sosial di kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa berdiskusi;
2.   Inkuiri berfokus pada hipotesis dan
3.   Penggunaan fakta sebagai evidensi (informasi, fakta).
Untuk menciptakan kondisi seperti itu, peranan guru adalah sebagai berikut:
1.   Motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah dalam berpikir.
2.   Fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan.
3.   Penanya, menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat.
4.   Administrator, bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan kelas.
5.   Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
6.   Manajer, mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas.
7.   Rewarder, memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa.
Metode pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah ke dalam waktu yang relatif singkat. Hasil penelitian Schlenker, dalam Trianto (2010:136), menunjukkan bahwa latihan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berfikir kreatif, dan siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi.
Gulo menyatakan dalamTrianto (2010: 137) menyatakan bahwa“Inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan keterampilan, inkuiri merupakan suatu proses yang bermula dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan”.
Semua tahap dalam prosesinkuiritersebut di atas merupakan kegiatan belajar dari siswa. Guru berperan untuk mengoptimalkan kegiatan tersebut pada proses belajar sebagai motivator, fasilitator, pengarah. Pada strategi ekspositori murni, semua tahap itu di lakukan semua oleh guru. Guru yang merumuskan masalah, guru yang menyusun hipotesis, guru yang mencari bukti, guru yang membuktikan hipotesis dan yang merumuskan kesimpulan. Semua perolehan guru pada setiap tahap diinformasikan kepada peserta didik. Pada model pembelajaran inkuiri semua itu dilakukan oleh siswa.
b.   Tahap-tahap Pelaksanaan Metode Pembelajaran Inkuiri
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam  dalam pembelajaran inkuiri  menurut Ibrahim dan Nur (2000: 13) adalah:
(1)   Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,menjelaskan logistik dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.
(2)   Mengorganisasikan siswa dalam belajar.
Guru membantu siswa dalam mengidentifikasi dan mengorganisasikan tugas-tugas yang berkaitan dengan masalah serta menyediakan alat.
(3)   Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen yang berkaitan dengan pemecahan masalah
(4)   Menyajikan atau mempresentasikan hasil kegiatan
Guru membantu siswa dalam merencanakandan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan model yang membantui mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
(5)   Mengevaluasi kegiatan
Guru membantu siswa untuk merefleksi pada penyelidikan dan proses penemuan yang di gunakan.



3.   Materi Ajar
Operasi pada matriks dan sifat-sifatnya
Berdasarkan buku  collage algebra (poul dawkins,2007)
1.       
“Definition:
Let A and B are berordo m × n matrix with elements a_ijdan b_ij . The matrix C is the number of the matrix A and matrix B , written C = A + B , with elements determined by C_ij = a_ij + b_ij ( for all i and j )”
Definisi:
Misalkan A dan B adalah matriks berordo  dengan elemen-elemen dan . Matriks C adalah jumlah matriks A dan matriks B, ditulis , dengan elemen-elemen ditentukan oleh  (untuk semua  dan ).
Operasi penjumlahan matriks







Contoh :
Jika diketahui matriks , dan  maka .........
Penyelesaian:


Sifat-sifat yang berlaku pada operasi penjumlahan matriks adalah:
a.    Sifat komutatif
“Suppose matrix A and Bberordo m × n . Summation matrix A and B meet commutative properties if and only if A + B = B + A”
Misalkan matriks  dan berordo . Penjumlahan matriks  dan  memenuhi sifat komutatif jika dan hanya jika

Contoh:
Jika diketahui matriks , dan  apakah berlaku             ?
Penyelesaian:



b.    Sifat asosiatif
“Suppose matrix A , B , and C ordo m × n . The sum of A, B , and C meet the associative nature if and only if A + ( B + C ) = ( A + B ) + C”
Misalkan matriks , , dan berordo . Penjumlahan matriks , , dan  memenuhi sifat asosiatif jika dan hanya jika
Contoh:
Jika diketahui matriks , , dan  apakah berlaku  ?
Penyelesaian:


2.       
“Let A and B are matrices ordo m × n . Reduction of matrix A by matrix B is defined as the amount of matrix A and matrix opponent -B , -B matrix is a matrix that each element opposite sign with each element corresponding to the matrix B.
A- B = A + ( - B )”
Misalkan  dan  adalah matriks-matriks berordo . Pengurangan matriks  dengan matriks  didefinisikan sebagai jumlah matriks  dan lawan matriks , matriks  merupakan matriks yang setiap unsurnya berlawanan tanda dengan setiap unsur yang bersesuaian dengan matriks .

Operasi pengurangan matriks







Contoh:
Jika diketahui matriks , dan  apakah ?
Penyelesaian:

3.       
“Let A be an m × ​​n matrix ordo with elements a_ij and k is a real number . The matrix C is the product of real numbers k with matrix A , denoted C = k.A , with elements determined by c_ij = k.a_ij ( for all i and j )”
Misalkan  suatu matriks berordo  dengan elemen-elemen  dan  adalah suatu bilangan real. Matriks  adalah hasil perkalian bilangan real  dengan matriks , dinotasikan , dengan elemen-elemennya ditentukan oleh  (untuk semua  dan )
Perkalian suatu bilangan real dengan matriks




Contoh:
Jika , maka .........
Penyelesaian:
4.       
“Definition:
Let A = [ a_ij ] is a matrix that ordo m × p and B = [ b_ij ] is a matrix that ordo q × n .
Product matrices A and B is a matrix C ordo m × n is denoted A × B = C = [ c_ij ] ordo m × n with elements of the ith row and j-th column is : c_ij = a_i1 b_1j + a_i2 b_2j +  + a_ip b_qj , with i = 1,2,3 ... , m ; and j = 1,2,3 , ... , n”
Definisi:
Misalkan  adalah matriks yang berordo  dan  adalah matriks yang berordo .
Hasil kali matriks  dan  adalah suatu matriks  berordo  dinotasikan  berordo  dengan elemen baris ke-i dan kolom ke-j adalah: , dengan  dan .
Operasi perkalian dua matriks







Contoh:
Jika matriks , dan matriks  maka ......
Penyelesaian:
Sifat-sifat yang berlaku pada operasi perkalian matriks adalah:
a.   
“Suppose A ordo matrix m × n , B ordo n × p and p × q C berordo with m , n , p , qN . Meet the associative nature of matrix multiplication if and only if A × ( B × C ) = ( A × B ) × C”
Misalkan matriks berordo ,  berordo , dan  berordo  dengan . Perkalian matriks memenuhi sifat asosiatif jika dan hanya jika
Sifat asosiatif



Contoh:
Jika matriks , ,  maka apakah berlaku ?
Penyelesaian:


b.   
“Suppose A ordo matrix m × n , B ordo n × p and p × q C ordo with m , n , p , qN . Matrix multiplication operations meet the distributive property of multiplication to matrix addition operation if and only if A × ( B + C ) = ( A × B ) + ( A × C )”
Misalkan matriks berordo ,  berordo , dan  berordo  dengan . Perkalian matriks memenuhi sifat distributif operasi perkalian terhadap operasi penjumlahan  matriks jika dan hanya jika          
Sifat distributif




Contoh:
Jika matriks , ,  maka apakah berlaku ?
Penyelesaian:












B.     Kerangka Pikir
Bertolak dari kajian  teori yang telah dikemukakan diatas, maka berikut ini akan dikemukakan kerangka pikir yang mendasari hipotesis penelitian.Metode inkuiri yang mensyaratkan keterlibatan aktif siswa membantu perkembangan antara lain scientific literacy dan pemahaman proses-proses ilmiah, pengetahuan vocabulary dan pemahaman konsep, berpikir kritis, dan bersikap positif. Dapat disebutkan bahwa metode inkuiri tidak saja meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep dalam Sains saja, melainkan juga membentuk sikap keilmiahan dalam diri siswa.
Berdasarkan penelitian tentang metode pembelajaran inkuiri yang pernah diteliti oleh Mawalida ( 2011 ) menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran matematika setelah diterapkan Metode Pembelajaran Inkuiri pada siswa kelas VIIIA SMP Angkasa Maros mengalami peningkatan, yang meliputi skor rata-rata pada siklus 1 sebesar 63,25 meningkat menjadi 74,17. Terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa dari siklus 1 ke siklus 2 dan respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran matematika melalui Metode Pembelajaran Inkuiri kebanyakan siswa yang merespon positif.
Dari penjelasan diatas, diharapkan setelah melaksanakan tindakan pembelajaran dengan menggunakan teknik inkuiri pada suatu kelas yang keadaan awal siswanya rata-rata masih kurang aktif dan hasil belajarnya yang masih renadah diharapkan dapat meningkat.


Kondisi akhir yang diharapkan siswa secara aktif dalam proses belajar
Kondisi Awal Kelas
Menerapkan Metode Inkuiri
1.    Siswa kurang aktif dalam proses belajar mengajar, diskusi antar kelompok jarang dilakukan, kebanyakan siswa hanya mendengar dan mencatat, sehingga jarang bertanya atau mengemukakan pendapat
2.    Hasil belajar siswa sangat rendah
Rata-rata hasil belajar siswa diharapkan dapat meningkat.
Tindakan yang di lakukan
 
















Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pikir
C. Hipotesis Tindakan
Untuk memberikan arah yang jelas terhadap kesimpulan yang hendak diambil, maka perlu dirumuskan hipotesis dengan berdasar pada kerangka pikir di atas maka, dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
“Jika menerapkan metode pembelajaran inkuiri maka kualitas pembelajaran matematika siswa kelas XI Administrasi Perkantoran Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar dapat meningkat”.



BAB III

METODE PENELITIAN

A.    Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) secara singkat penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan sebagai proses pengkajian dari berbagai kegiatan pembelajaran, yang bertujuan bukan hanya berusaha mengungkapkan penyebab dari berbagai permasalahan pembelajaran tetapi yang lebih penting lagi adalah memberikan solusi berupa tindakan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran tersebut.
Untuk mewujudkan tujuan itu, penelitian tindakan kelas dilakukan melalui tahapan-tahapan yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/pengumpulan data, dan refleksi. Selanjutnya, tahapan-tahapan tersebut dirangkai dalam dua siklus kegiatan.
B.  Lokasi dan Subjek Penelitian
Dalam tahap ini, Penelitian ini dilaksanakan di SMK Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar kabupaten kota Makassar pada tahun ajaran 2016/2017 semester ganjil. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI Administrasi Perkantoran dengan jumlah siswa sebanyak 29 orang, siswa laki-laki berjumlah 4 orang dan perempuan berjumlah 25 orang.


28
 
C. Focus Penelitian
Faktor yang diselidiki pada penelitian ini adalah :
1.   Faktor proses, yaitu dengan mengamati aktivitas siswa dan kemampuan guru selama proses belajar mengajar berlangsung
2.   Faktor Hasil, yaitu melihat kualitas pembelajaran matematika siswa setelah penerapan metode pembelajaran inkuiri dengan pemberian tes setiap akhir siklus dan respons siswa melalui angket.
D. Prosedur Penelitian
Rancangan penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan terdiri atas dua siklus, yakni  siklus pertama dan siklus kedua. Jika belum berhasil maka akan di lanjutkan ke siklus berikutnya. Gambaran umum yang dilakukan pada setiap siklus adalah: Perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Alur dan tahapan pelaksanaan tindakan kelas seperti dibawah ini:
Prosedur pelaksanaan penelitian ini dapat dijabarkan:
1.     Siklus I
Siklus satu akan dilaksanakan selama empat kali pertemuan (8 x 45 menit). Secara rinci prosedur pelaksanaan tindakan pada siklus ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
(a)   Tahap Perencanaan(planning)
1)      Menelaah kurikulum XI Administrasi PerkantoranMuhammadiyah 2  Bontoala Makassar untuk mata pelajaran matematika
2)      Menyusun dan mengembangkan rencana pembelajaran.
3)      Membuat instrumen pedoman observasi untuk mengamati kondisi pembelajaran di kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung.
4)      Membuat lembar Angket untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran melalui penerapan metode pembelajaran inkuiri
5)      Membuat instrumen tes akhir siklus I untuk mengetahui hasil perkembangan belajarsiswa sesuai dengan materi pelajaran yang telah diajarkan.
(b)  Tahap Pelaksanaan Tindakan (acting)
Pada tahap ini tindakan dilaksanakan pada setiap tatap muka ataupun langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut
1.      Mengidentifikasi kesiapan siswa untuk mengikuti mata pelajaran
2.      Membahas materi pelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri
3.      Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan masalah sesuai dengan strategi yang ia ketahui baik secara perorangan maupun dengan kerja kelompok.
4.      Menghadirkan model sebagai contoh saat proses pembelajaran berlangsung
5.      Melakukan pengamatan saat proses belajar mengajar dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat.
6.      Pada akhir siklus siswa diberikan tes dari materi yang telah diajarkan
7.      Memberikan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
(c)   Tahap Pengamatan (observing)
Pada tahap ini ada dua perlakuan yaitu observasi dan evaluasi. Pelaksanaan tahap observasi terhadap aktivitas siswa selama berlangsung proses belajar mengajar yang menggunakan lembar observasi. Pelaksanaan evaluasi memberikan tes kualitas pembelajaran yang dilakukan pada akhir tindakan siklus I dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan kualitas pembelajaran siswa.
(d)  Tahap Refleksi Hasil Kegiatan(reflecting)
Hasil yang dicapai dalam tahap observasi dan evaluasi dikumpul kemudian dilakukan analisis dan refleksi. Refleksi dimaksudkan untuk melihat apakah rencana telah terlaksana secara optimal atau perlu dilakukan perbaikan. Hasil analisis siklus I inilah yang dijadikan acuan untuk merencanakan siklus II dimana aspek-aspek yang dianggap bagus tetap dipertahankan, sedangkan kekurangannya menjadi pertimbangan dan revisi pada siklus berikutnya.
2. Siklus II
Pelaksanaan tindakan siklus II ini relatif sama dengan pelaksanaan tindakan pada siklus I. Namun pada siklus II akan dilakukan perbaikan atau penambahan sesuai dengan kenyataan yang ditemukan pada saat pelaksanaan siklus I.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan model penelitian tindakan kelas berikut:













Gambar 2.2 Bagan  Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) oleh Kemmis dan McTaggart
E.     Instrumen Penilaian
1.   Tes
Tes dapat digunakan dalam berbagai macam penilaian. Dalam hal ini tes merupakan alat ukur yang sangat penting untuk mengetahui kemampuan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.
2.   Lembar observasi
Lembar observasi yaitu berupa catatan tentang aktivitas siswa dan kemampuan guru selama proses belajar mengajar yang bertujuan sebagai pedoman untuk menentukan tindakan berikutnya.
3.   Lembar angket
     Lembar angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang respon siswa terhadap pembelajaran melalui penerapan metode pembelajaran inkuiri


F.     Teknik Pengumpulan Data
Teknikpengambilan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah:
1.      Data mengenai hasil belajar siswa diambil dengan menggunakan tes yang diberikan pada akhir siklus..
2.      Data yang mengenai hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas siswa dan kemampuan guru dalam mengelolah pembelajaran diambil dengan menggunakan lembar observasi pada setiap pertemuan.
3.      Data tentang respons siswa terhadap penerapan metode pembelajaran inkuiri diperoleh dengan menggunakan angket yang diberikan kepada siswa pada akhir siklus II.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan statistic deskriptif. Statistic deskriptif adalah statistic yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberikan gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data subjek sebagaimana adanya, yang meliputi skor tertinggi, skor terendah, rata-rata variansi, standar deviasi, persentase, dan data table frekuensi yang dicapai siswa pada setiap siklus dan Deskriptif  kualitatif digunakan untuk menganalisis data tentang hasil observasi aktivitas siswa dalam proses kegiatan pembelajaran, sedangkan deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisis data tentang ketuntasan hasil belajar siswa.



1.      Analisis Kemampuan Guru
Data tentang kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dianalisis dengan mencari rata-rata persentase tiap aspek dari beberapa pertemuan yang dilaksanakan dengan kriteria pada tabel di bawah ini
Tabel 3.1 Kriteria Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Nilai
Kriteria
0,00 ≤ nilai < 1,50
1,50 ≤ nilai < 2,50
2,50 ≤ nilai < 3,50
3,50 ≤ nilai < 4,00
Kurang Baik
Cukup Baik
Baik
Sangat Baik
Sumber:  Firatika (2016:38)
Pembelajaran dikatakan terlaksana dengan baik apabila nilai rata-rata tingkat kemampuan guru dalam mengelolah pembelajaran pada setiap pertemuan berada pada kategori baik atau sangat baik. Apabila ada nilai tingkat kemampuan guru yang dianggap kurang dalam kategori lainnya maka guru harus meningkatkan kemampuan dengan memperhatikan aspek-aspek yang nilainya dianggap kurang.
2.        Analisis Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Analisis data aktivitas siswa dilakukan dengan menentukan frekuensi dan persentase frekuensi yang digunakan oleh siswa dalam proses pembelajaran matematika dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri.
Langkah-langkah analisis aktivitas siswa adalah sebagai berikut:
a)      Menentukan frekuensi hasil pengamatan aktivitas siswa untuk setiap indikator dalam satu pertemuan.
b)      Menghitung persentase frekuensi setiap indikator dengan membagi besarnya
 frekuensi dengan jumlah siswa, kemudian dikalikan dengan 100%.
Untuk menghitung rata-rata persentase setiap aspek aktivitas siswa digunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
Persentase aktivitas siswa untuk melakukan jenis aktivitas tertentu
 Jenis aktivitas tertentu yang dilakukan siswa tiap pertemuan
Seluruh aktivitas siswa setiap pertemuan

Indikator keberhasilan aktivitas siswa dalam penelitian ini ditunjukkan dengan sekurang-kurangnya  75% siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran (Firatika, 2016:36)
3.      Analisis Data Hasil Belajar Matematika
Data hasil belajar yang diperoleh siswa dianalisis secara kuantitatif digunakan teknik kategorisasi. Kriteria yang digunakan adalah teknik kategorisasi standar yang ditetapkan oleh departemen pendidikan dan kebudayaan
Tabel 3.2 Teknik Kategorisasi Standar Berdasarkan Ketetapan  Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Skor
Kategori
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
                               Sumber:Firatika (2016:32)
Untuk menentukan ketuntasan belajar siswa dengan melihat tabel Kategori Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah:

Tabel 3.3 Kategorisasi Standar Ketuntasan Hasil Belajar Matematika
                Kelas XI AP SMK Muhammadiyah 2 bontoala makassar

Daya Serap Siswa
Kategorisasi Ketuntasan Belajar
Tidak tuntas
Tuntas
                                                                        Sumber:Firatika (2016:32)
            Berdasarkan Tabel 3.2 Kategorisasi Standar Ketuntasan Hasil Belajar bahwa siswa yang memperoleh nilai lebih besar atau sama dengan 70 maka dapat dinyatakan tuntas belajar dan siswa yang memperoleh nilai dibawah 70 maka dinyatakan tidak tuntas dalam proses pembelajaran.
4.      Analisis Data Respons Siswa
Adapun data mengenai respons siswa diperoleh dari angket respons siswa
terhadap kegiatan pembelajara n matematika dengan metode pembelajaran inkuiri dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.       Menghitung persentase banyaknya siswa yang memberikan respons dengan cara membagi jumlah siswa yang memberikan respons kemudian dikalikan dengan 100%.
Data mengenai respons siswa dianalisis dengan menghitung persentase tiap pilihan respons dengan menggunakan rumus :
          
Keterangan :
P = Persentase respons
A=  Proporsi siswa yang memilih
B = Banyaknya siswa yang mengisi angket.
       Respons siswa dikatakan positif  jika persentase respons siswa dalam menjawab “Ya” untuk tiap poin pertanyaan yaitu  minimal 75%.(Firatika, 2016:38)
H. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dengan penerapan penerapan metode pembelajaran inkuiri dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu apabila terjadi peningkatan skor rata-rata hasil  belajar dan perubahan sikap siswa sebelum dan sesudah tindakan dalam pembelajaran matematika Kelas XI Administrasi Perkantoran SMK Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar dan berada  pada kategori tuntas. Siswa dikatakan tuntas belajar secara klasikal apabila minimal 80% dari jumlah siswa yang memenuhi KKM, yaitu skor minimal 70 dari skor ideal yaitu 100.

















BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini dibahas hasil-hasil penelitian mengenai peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas XI Administrasi Perantoran SMK Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar melalui Metode Pembelajaran Inkuiri dari Siklus I ke Siklus II dengan menggunakan analisis kualitatif yaitu data tentang hasil pengamatan, sedangkan data tentang hasil belajar siswa dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif yaitu skor rata-rata, standar deviasi, median, frekuensi, dan persentase nilai terendah dan nilai tertinggi yang dicapai siswa setiap Siklus.
A.      Deskripsi Awal Penelitian
38
Sebelum melaksanakan tindakan terlebih dahulu dilakukan pengamatan saat pembelajaran Matematika dan kegiatan wawancara dengan guru kelas untuk memperoleh gambaran proses pembelajaran Matematika. Menurut guru kelas XI Administrsi Perkantoran hambatan yang dihadapi dalam penyampain materi Matematika yaitu rendahnya semangat belajar siswa atau dengan kata lain pembelajaran yang berpusat pada guru. Siswa masih belum aktif dalam  kegiatan pembelajaran karena selama pembelajaran berlangsung guru banyak memberikan ceramah tentang materi sehingga aktivitas yang dilakukan siswa biasanya mendengar dan mencatat, sehingga jarang bertanya atau mengemukakan pendapat.
Berdasarkan hasil diskusi antara guru kelas XI Administrasi Perkatoran dengan peneliti, permasalahan proses pengetahuan Matematika atau keterampilan proses pembelajaran Matematika siswa yang masih rendah perlu ditingkatkan.
Berdasarkan data yang didapat menyatakan bahwa hasil ujian tengah semester kelas XI Administrasi Perkantoran SMK Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar  sangat rendah yaitu diantara 28 siswa, 6 siswa yang tuntas dan 22 siswa yang tidak tuntas dalam proses pembelajaran jika dipersentasikan maka 21,43% siswa yang tuntas dan 78,57% siswa dinyatakan tidak tuntas karena tidak mencapai angka KKM sebesar 70, berdasarkan data tersebut maka perlu dilakukan tindakan yaitu dengan mencoba menerapkan suatu metode pembelajaran yang inovatif dengan harapan kualitas pembelajaran matematika yang tadinya rendah dapat meningkat.
B.       Hasil Penelitian
1.         Deskriptif  Pelaksanaan  Siklus I
a.    Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti melakukan diskusi awal dengan kepala sekolah, guru kurikulum, serta guru mata pelajaran matematika untuk membahas permasalahan yang akan dipecahkan dalam penelitian ini. Setelah itu menelaah kurikulum matematika SMK kelas XI Administrasi perkantoran berdasarkan kurikulum 2013. Adapun standar kompetensi yang akan dicapai melalui kegiatan pembelajaran adalah mendeskripsikan dan menganalisis konsep dasar operasi matriks dan sifat-sifat operasi matriks serta menerapkannya dalam pemecahan masalah. Sehin gga berdasarkan standar kompetensi (SK) itulah maka ditetapkan materi ajar yaitu Matriks. Selanjutnya setelah menerapkan materi ajar peneliti kemudian membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan Metode Pembelajaran Inkuiri. Selanjutnya peneliti juga menyiapkan referensi-referensi yang relevan demi kelancaran dalam penelitian, antara lain: lembar observasi dan alat evaluasi. Selain itu peneliti juga merancang dan membuat LKS dan tes hasil belajar Siklus I.
b.   Tahap Pelaksanaan  Tindakan.
Pertemuan I
Adapun pelaksanaan tindakan pada Siklus I ini berlangsung selama 4 kali pertemuan dengan lama waktu setiap pertemuan adalah 2 jam pelajaran.  Pertemuan  pertama sampai pertemuan ketiga diisi dengan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan Metode Pembelajaran Inkuiri dan untuk pertemuan ke empat diisi dengan pemberian tes hasil belajar (Tes Siklus I). Sebelum memulai pelajaran siswa dibagi dalam beberapa kelompok, setiap kelompok beranggotakan 5-6 sehingga terdapat 5 kelompok, pembagian kelompok ini dilakukan secara acak sehingga terbentuk kelompok yang heterogen. Dalam setiap kelompok posisi tempat duduk siswa selalu tetap. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam melakukan observasi setiap siswa, selain itu peneliti menyampaikan materi pelajaran dan tujuan yang ingin dicapai sambil memberikan motivasi kepada siswa. Setelah itu, siswa diberikan contoh-contoh soal mengenai Matriks. Siswa sangat antusias menyebutkan contoh-contoh matriks dalam kehidupan nyata mereka. Kegiatan selanjutnya adalah siswa diberikan tugas mengerjakan LKS secara berkelompok. Setelah selesai mengerjakan LKS, guru meminta salah satu siswa dari setiap kelompok untuk mempresentasikan jawabannya di depan kelas dan kelompok yang lain menanggapinya serta memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya masalah yang belum dimengerti. Di akhir pertemuan, guru menegaskan hal-hal penting berhubungan dengan materi pembelajaran, setelah itu guru memberikan penugasan dalam bentuk pekerjaan rumah (PR) yang dikerjakan secara individu serta menyampaikan sub materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.
Pertemuan II
Pada pertemuan kedua proses pembelajaran diawali dengan menanyakan kepada siswa tentang tugas atau pekerjaan rumah (PR) yang dianggap paling sulit untuk dikerjakan, selanjutnya peneliti memberikan penjelasan terkait soal yang sulit dikerjakan oleh siswa. Setelah itu peneliti menyampaikan materi yang akan dipelajari. Pada dasarnya langkah-langkah yang dilakukan pada pertemuan kedua hampir sama dengan pertemuan pertama, yakni diawali dengan menyampaikan sub materi, kemudian memberikan contoh-contoh soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, memberikan kesempatan pada siswa untuk membaca buku paket yang telah dibagikan dan mamahaminya, selanjutnya mengerjakan LKS yang telah disediakan.
Pertemuan III
Pada dasarnya hampir sama dengan pertemuan I dan II tetapi penungasan kelompok yang diberikan pada saat pertemuan ke II kurang efektif  karena kelihatannya tugas kelompok yang diberikan hanya dikerjakan oleh beberapa orang saja. Dengan alasan siswa dalam satu kelompok tidak cocok satu sama lain dan ada juga yang hanya percayakan kepada temanya yang lain untuk mengerjakannya sehingga keaktifan dalam kerja kelompok kurang efektif karena adanya sikap masa bodoh dalam kegiatan pembelajaran berlangsung.
c.    Tahap Observasi dan Evaluasi
1.      Hasil Observasi Kemampuan guru
            Untuk mengetahui bagaimana kemampuan guru mengelola pembelajaran di kelas digunakan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Aspek yang
 dinilai adalah :  
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Keterlaksanaan Pembelajaran
          di Kelas Pada Siklus I:

Kegiatan Guru
Pertemuan
Rata-rata
kategori
I
II
III


Kegiatan awal (  10 menit)
Fase 1: Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa

1.   Guru menyampaikan pelajaran dengan salam, doa bersama, dan mengecek kehadiran siswa
4
4
4
4
Sangat baik
2.   Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
3
4
4
3,66
Sangat baik
3.   Guru memberikan motivasi kepada siswa tentang pentingnya materi yang akan dipelajari
2
3
3
2,66
baik
Kegiatan Inti (
Fase 2 : Guru menyajikan informasi

1.   Guru menyampaikan informasi/materi matriks dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
3
3
4
3,33
Baik
2.   Membimbing siswa mengenali materi pelajaran
3
3
3
3
Baik
Fase 3 : Mengorganisasikan Siswa Kedalam Kelompok Belajar

1.   Guru meminta kepada siswa untuk membentuk kelompok yang beranggotakan 4 sampai 5 orang.
3
3
3
3
Baik
2.    Guru membagikan LKS  yang berhubungan dengan konsep  materi kepada siswa dan meminta siswa untuk mendiskusikan tentang penyelesaian soal yang ada di LKS
2
3
3
2,66
Baik
Fase 4:Membantu kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing siswa pada saat mengerjakan LKS
3
4
4
3,66
Sangat baik
Fase 5 : Evaluasi

1.   Guru meminta beberapa kelompok untuk mempersentasikan hasil yang diperoleh dan meminta kelompok lain untuk menanggapinya.
3
3
4
3,33
Baik
2.   Guru memberikan kesempatan kepada siswa menanyakan hal-hal yang belum dimengerti dan memberikan penguatan terhadap jawaban siswa
3
4
3
3,33
Baik
Kegiatan Akhir
Fase 6: Memberikan Penghargaan

1.   Memberikan penghargaan kepada siswa baik dalam kelompok maupun individu
3
4
3
3,33
Baik
2.   Guru meminta siswa untuk menyimpulkan materi
3
3
4
3,33
Baik
3.   Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutntnya
3
3
3
3
Baik
4.   Guru menutup pertemuan dengan mengucapkan salam
3
4
4
3,66
Sangat baik
Rata-rata



3,53
Sangat baik

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dari beberapa komponen yang diamati pada siklus I setelah dianalisis diperoleh rata-rata keseluruhan yaitu 3,53 , sehingga kreteria kemampuan guru mengelola pembelajaran berada dikategori “Baik sekali”.
2. Hasil Observasi Aktivitas siswa Siklus I
Data aktivitas siswa selama pelaksanaan siklus I diperoleh melalui hasil observasi aktivitas siswa selama proses belajar mengajar berlangsung pada setiap pertemuan. Adapun Deskripsi atau gambaran hasil observasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung  pada siklus I dapat dilihat dari tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2 Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran Berlangsung pada Siklus I
No
Komponen yang Diamati
Pertemuan
I
II
III
IV
1
Mencatat hasil pembahasan
75,86
79,31
68,96
T
e
s

S                            i        k       l       u        s

I
2
Mengajukan pendapat kepada guru atau kepada siswa lain.
44,83
44,83
34,48
3
Merespon pertanyaan/ instruksi guru.
24,14
41,38
41,38
4
Berpartispasi dalam kelompok.
65,52
79,31
62,07
5
Mempresentasekan hasil kerja kelompoknya.
20,68
31,03
24,14
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa:
i. Rata-rata persentase siswa yang memperhatikan dan mencatat pembahasan materi adalah 74,71% dan 25,29% lainnya adalah siswa yang tidak memperhatikan pembahasan materi, disebabkan karna bermain dan saling mengganggu dengan teman sebangkunya, sehingga peran guru sangat penting dalam membimbing siswa untuk memahami kebermaknaan dari materi yang dibahas agar siswa ikut partisipan di dalam kegiatan belajar.
                     ii.      Rata-rata persentase siswa yang mengajukan pendapat kepada guru atau kepada siswa lain adalah  41,38%. Hal ini mengindikasikan timbulnya kesadaran dan kesungguhan siswa untuk belajar matematika dan menyelesaikan LKS yang di berikan.
                   iii.      Rata-rata persentase siswa yang merespon atau mengajukan pertanyaan tentang materi pelajaran adalah  35,63% disebabkan karna materi yang di ajarkan belum bisa dikuasai oleh siswa sehingga guru haruslah berupaya membimbing dan mengarahkan siswa untuk mampu berpikir tingkat tinggi serta antusias dalam memecahkan masalah.
                   iv.      Rata-rata persentase siswa yang berpartisipasi dalam  kelompok adalah 68,97% dan yang kurang aktif dalam kegiatan kelompok adalah 31,03%, disebabkan karna masih mengandalkan temannya yang lain, sehingga guru berperan sebagai motivator dan fasilitator untuk memperluas persentase siswa atau penguatan kemampuan siswa sehingga siswa mampu berkolaboratif satu dengan yang lainya.
                     v.      Rata-rata persentase siswa yang memberanikan diri mempresentasekan hasil kerja kelompoknya adalah 25,28%, hal ini menunjukkan bahwa siswa semakin paham tentang materi pembelajaran yang di berikan.
Dengan melihat aktivitas presentase siswa diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata aktivitas siswa pada Siklus I yaitu 49,19 % ini berarti belum memenuhi kriteria ketuntasan yang diharapkan, karena dikatakan tuntas secara klasikal apabila sekurang-kurangnya 75 % siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran.


3.    Hasil Belajar
Berdasarkan hasil belajar  yaitu tes hasil belajar siklus I siswa diperoleh tabel 4.3  berikut ini:
Tabel 4.3 Statistik Skor Hasil Tes Siswa Pada Siklus I
Statistik
Nilai Statistik
Subjek
29
Skor Ideal
100
Skor Rata-Rata
65
Skor Tertinggi
80
Skor Terendah
45
Rentang Skor
35

Dari Tabel 4.3 menunjukkan bahwa skor rata-rata (mean) hasil belajar matematika setelah diterapkan Metode Pembelajaran Inkuiri pada siswa kelas   XI Administrasi Perkantoran SMK Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar adalah 65 dari skor ideal yang mungkin dicapai adalah 100. Sedangkan secara individual skor yang dicapai siswa pada penerapan ini tersebar dengan skor tertinggi 80 dan skor terendah  45 dari skor tertinggi yang mungkin dicapai 100 dan skor terendah yang mungkin dicapai 0, dengan rentang skor 35.
Setelah skor hasil tes siswa dikelompokkan ke dalam lima kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase sebagai berikut:
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Tes pada Siklus I
Interval Skor
Kategori
Frekuensi
Persentase (%)
Sangat Rendah
7
24,13
Rendah
6
20,69
Sedang
13
44,83
 Tinggi
3
10,35
Sangat Tinggi
-
-
Jumlah
29
100%

Dari Tabel 4.4 menunjukkan bahwa terdapat 24,13% siswa berada pada kategori sangat rendah, 20,69% siswa yang berada pada kategori rendah, 44,83% berada pada kategori sedang, 10,35% berada pada kategori tinggi, serta 0% atau tidak ada siswa berada pada kategori sangat tinggi. Ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan siswa masih kurang. Di samping itu, sesuai skor rata-rata dari hasil tes pada Siklus I yaitu sebesar 65. Hal ini berarti skor rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas XI Administrasi Perkantoran SMK Muhammadiyah  2 Bontoala Makassar setelah Metode Pembelajaran Inkuiri berada dalam  kategori rendah. Gambaran ketuntasan hasil belajar siswa Kelas XI Administrasi Perkantoran SMK Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar yang diperoleh berdasarkan skor hasil belajar adalah sebagai berikut:
Tabel. 4.5
Deskriptif Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus I
Skor
Kategori
Frekuensi
Persentase (%)
Tidak tuntas
13
44,82
Tuntas
16
55,18
Jumlah
29
100
                                                                          
Dari Tabel 4.5 menunjukkan persentase ketuntasan belajar siswa Kelas XI Administrasi Perkantoran SMK Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar sebesar 44,82% atau 13 dari 29 siswa  termasuk dalam kategori tidak tuntas dan 55,18% atau 16 dari 29 siswa termasuk dalam kategori tuntas.




d.      Tahap Refleksi  Siklus 1
Pada pertemuan pertama Siklus I ini merupakan awal dengan menggunakan metode pembelajaran baru yang berbeda dengan apa yang digunakan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya. Sehingga pertemuan ini merupakan tahap penyesuaian terhadap metode yang diterapkan.
Dilihat dari observasi dan evaluasi hasil belajar siswa maka dapat disimpulkan bahwa pada Siklus I belum mencapai hasil yang memuaskan dikarenakan bahwa masih ada siswa yang kurang aktif dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan, karena masih terdapat siswa yang melakukan kegiatan lain pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung dan masih terdapat siswa yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah serta tugas kelompoknya.
e.    Rekomendasi
Karena hasil akhir Siklus I belum menunjukkan hasil yang maksimal maka perlu dilanjutkan pada Siklus II.
2. Deskripsi Pelaksanaan  Siklus II
a.    Tahap Perencanaan
Pada tahap ini relatif sama dengan tahapan perencanaan pada Siklus I yaitu peneliti melakukan diskusi awal dengan guru mata pelajaran untuk membahas permasalahan yang akan dipecahkan dalam penelitian ini setelah itu menelaah kurikulum matematika SMK muahammadiyah 2 Bontoala Makassar kelas XI Administrasi Perkantoran berdasarkan kurikulum 2013. Adapun standar kompetensi yang akan dicapai melalui kegiatan pembelajaran adalah mendeskripsikan dan menganalisis konsep dasar operasi matriks dan sifat-sifat operasi matriks serta menerapkannya dalam pemecahan masalah. Sehingga berdasarkan standar kompetensi (SK) itulah maka ditetapkan materi ajar yaitu Matriks. Selanjutnya setelah menetapkan materi ajar peneliti kemudian membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode Pembelajaran Inkuiri. Selanjutnya peneliti juga menyiapkan bahan-bahan penunjang untuk kelancaran penelitian, antara lain: lembar observasi, alat evaluasi, serta referensi-referensi yang relevan yang berkaitan dengan materi ajar. Selain itu, peneliti juga merancang dan membuat LKS dan tes hasil belajar Siklus II.
b.      Tahap Pelaksanaan Tindakan
Siklus kedua dilaksanakan selama 4 kali pertemuan, 3 kali pembahasan materi dan I kali pertemuan pemberian tes. Siklus II dilaksanakan setelah pada Siklus I  indikator kinerja belum tercapai. Dengan demikian sebagai gambaran pelaksanaan Siklus II adalah bahwa pada prinsipnya pelaksanaan Siklus ini didasari oleh hasil observasi, evaluasi dan refleksi pada Siklus I.
c.       Tahap Observasi dan Evaluasi
1. Hasil Observasi Kemampuan guru
            Untuk mengetahui bagaimana kemampuan guru mengelola pembelajaran di kelas digunakan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Aspek yang
 dinilai adalah :  



Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Keterlaksanaan Pembelajaran
          di Kelas Pada Siklus II:

Kegiatan Guru
Pertemuan
Rata-rata
Kategori
I
II
III


Kegiatan awal (  10 menit)
Fase 1: Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa

1.   Guru menyampaikan pelajaran dengan salam, doa bersama, dan mengecek kehadiran siswa
4
4
4
4
Sangat baik
2.   Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
3
4
4
3,66
Sangat baik
3.   Guru memberikan motivasi kepada siswa tentang pentingnya materi yang akan dipelajari
2
3
3
2,66
baik
Kegiatan Inti (
Fase 2 : Guru menyajikan informasi

1.   Guru menyampaikan informasi/materi matriks dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
3
3
4
3,33
Baik
2.   Membimbing siswa mengenali materi pelajaran
3
3
4
3,33
Baik
Fase 3 : Mengorganisasikan Siswa Kedalam Kelompok Belajar

1.   Guru meminta kepada siswa untuk membentuk kelompok yang beranggotakan 4 sampai 5 orang.
3
3
3
3
Baik
2.    Guru membagikan LKS  yang berhubungan dengan konsep  materi kepada siswa dan meminta siswa untuk mendiskusikan tentang penyelesaian soal yang ada di LKS
3
3
3
3
Baik
Fase 4:Membantu kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing siswa pada saat mengerjakan LKS
3
4
4
3,66
Sangat baik
Fase 5 : Evaluasi

1.   Guru meminta beberapa kelompok untuk mempersentasikan hasil yang diperoleh dan meminta kelompok lain untuk menanggapinya.
3
3
4
3,33
Baik
2.   Guru memberikan kesempatan kepada siswa menanyakan hal-hal yang belum dimengerti dan memberikan penguatan terhadap jawaban siswa
3
4
3
3,33
Baik
Kegiatan Akhir
Fase 6: Memberikan Penghargaan

1.   Memberikan penghargaan kepada siswa baik dalam kelompok maupun individu
3
4
3
3,33
Baik
2.   Guru meminta siswa untuk menyimpulkan materi
3
3
4
3,33
Baik
3.   Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutntnya
3
3
3
3
Baik
4.   Guru menutup pertemuan dengan mengucapkan salam
3
4
4
3,66
Sangat baik
Rata-rata



3,58
Sangat baik
Berdasarkan tabel 4.6 di atas dari beberapa komponen yang diamati pada siklus II setelah dianalisis diperoleh Rata-rata secara keseluruhan yaitu 3,58 yang berada pada kategori sangat baik.
2. Hasil Observasi Aktivitas siswa Siklus II
Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi dan evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat serta melaksanakan evaluasi berupa tes hasil belajar Siklus II setelah 3 kali pertemuan. Tes hasil belajar siswa yang diberikan berbentuk uraian sebanyak 4 item sebagaimana tercantum pada lampiran.
Adapun hasil observasi diperoleh gambaran bahwa aktivitas dan kehadiran siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran matematika semakin meningkat. Hal ini diindikasikan pada table 4.7
Tabel 4.7 Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran Berlangsung pada Siklus II
No
Komponen yang Diamati
Pertemuan
I
II
III
IV
1
Mencatat hasil pembahasan
75,86
86,21
96,55
T
E
S

S                            I        K       L       U        S

II
2
Mengajukan pendapat kepada guru atau kepada siswa lain.
75,86
75,86
75,86
3
Merespon pertanyaan/ instruksi guru.
55,17
72,41
79,31
4
Berpartispasi dalam kelompok.
79,31
79,31
96,55
5
Mempresentasekan hasil kerja kelompoknya.
55,17
55,17
68,96

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa:
                 i.            Rata-rata persentase siswa yang memperhatikan dan mencatat pembahasan materi adalah 86,21% dan 13,79% lainnya adalah siswa yang tidak memperhatikan pembahasan materi, disebabkan karna bermain dan saling mengganggu dengan teman sebangkunya, sehingga peran guru sangat penting dalam membimbing siswa untuk memahami kebermaknaan dari materi yang dibahas agar siswa ikut partisipan di dalam kegiatan belajar.
               ii.            Rata-rata persentase siswa yang mengajukan pendapat kepada guru atau kepada siswa lain adalah 75,86%. Hal ini mengindikasikan semakin timbulnya kesadaran dan kesungguhan siswa untuk belajar matematika dan menyelesaikan LKS yang di berikan.
             iii.            Rata-rata persentase siswa yang merespon atau mengajukan pertanyaan tentang materi pelajaran adalah 68,96%. Hal ini juga mengindikasikan tingkat penguasaan terhadap materi semakin bertambah. Namun guru masih harus berupaya membimbing dan mengarahkan siswa untuk mampu berpikir tingkat tinggi serta antusias dalam memecahkan masalah.
             iv.            Rata-rata persentase siswa yang berpartisipasi dalam kelompok adalah 85,06% dan yang kurang aktif dalam kegiatan kelompok adalah 14,94%, disebabkan karna masih mengandalkan temannya yang lain, sehingga guru berperan sebagai motivator dan fasilitator untuk memperluas persentase siswa atau penguatan kemampuan siswa sehingga siswa mampu berkolaboratif satu dengan yang lainya.
               v.            Rata-rata persentase siswa yang memberanikan diri mempresentasekan hasil kerja kelompoknya adalah 59,77%, hal ini menunjukkan bahwa siswa semakin paham tentang materi pembelajaran yang di berikan.
Dengan melihat aktivitas presentase siswa diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa pada Siklus II Telah memenuhi kriteria ketuntasan yang diharapkan karena rata-rata presentase aktivitas siswa  sudah di atas rata-rata ketuntasan secara klasikal yaitu lebih dari 75 % siswa sudah terlibat aktif dalam proses pembelajaran
3.      Hasil Belajar
Berdasarkan hasil belajar  yaitu tes hasil belajar siklus II  siswa diperoleh tabel 4.8  berikut ini:
Tabel. 4.8 Statistik Skor Hasil Tes Siswa Pada Siklus II
Statistik
Nilai Statistik
Subjek
29
Skor Ideal
100
Skor Rata-rata
75,96
Skor Tertinggi
95
Skor Terendah
65
Rentang Skor
30

Dari Tabel 4.8 menunjukkan bahwa skor rata-rata (mean) hasil belajar matematika setelah diterapkan Metode Pembelajaran Inkuiri pada siswa kelas XI Administrasi Perkantoran SMK Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar adalah 75,96 dari skor ideal yang mungkin dicapai adalah 100. Sedangkan secara individual skor yang dicapai siswa pada penerapan ini tersebar dengan skor tertinggi 95 dan skor terendah 65 dari skor tertinggi yang mungkin dicapai 100 dan skor terendah yang mungkin dicapai 0, dengan rentang skor 30.
Setelah skor hasil tes siswa dikelompokkan ke dalam lima kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase sebagai berikut:
Tabel 4.9.
Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Tes pada Siklus II
Interval Skor
Kategori
Frekuensi
Persentase (%)
Sangat Rendah
-
-
Rendah
2
6,90
Sedang
17
58,62
Tinggi
7
24,14
Sangat tinggi
3
10,34
Jumlah
29
100%
Dari Tabel 4.9 menunjukkan bahwa tidak ada siswa yang berada pada  kategori sangat rendah dan  terdapat 6,90% siswa yang berada pada kategori rendah, 58,62% siswa berada pada kategori sedang, dan 24,14% hasil belajar siswa berada dalam kategori tinggi, dan 10,34% hasil belajar siswa yang berada pada kategori sangat tinggi. Namun ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan siswa sudah cukup. Di samping itu, sesuai skor rata-rata dari hasil tes pada Siklus II yaitu sebesar 75,96 jika dikonversikan ke dalam skala lima berada dalam kategori sedang. Gambaran ketuntasan hasil belajar siswa Kelas XI Administrasi Perkantoran SMK Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar yang diperoleh berdasarkan skor hasil belajar adalah sebagai berikut:
Tabel. 4.10
Deskriptif Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus II
Skor
Kategori
Frekuensi
Persentase (%)
Tidak tuntas
2
6,90
Tuntas
27
93,10
Jumlah
29
100
Berdasarkan Tabel 4.10 dideskripsikan bahwa hasil  belajar matematika siswa pada Kelas XI Administrasi Perkantoran SMK Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar setelah dilakukan tindakan  pada Siklus II sebesar 6,90% atau 2 dari 29 siswa  termasuk dalam kategori tidak tuntas dan 93,10% atau 27 dari 29 siswa termasuk dalam kategori tuntas.
d.      Tahap Refleksi
Siklus kedua yang dilaksanakan selama 3 kali pertemuan dan I kali tes hasil belajar terlihat ada peningkatan dari Siklus I ke siklus II sehingga ketuntasan belajar sudah  tercapai. Siswa terlihat lebih berusaha bekerja sama dan berdiskusi dalam menyelesaikan soal-soal latihan yang diberikan oleh guru. Rasa percaya diri siswa untuk mengerjakan soal latihan di papan tulis semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari munculnya siswa yang selama ini kurang aktif termotivasi tampil di depan kelas untuk mengerjakan soal latihan yang diberikan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan Metode Pembelajaran Inkuiri pada Siklus II lebih baik dari Siklus I. Walaupun masih ada beberapa yang belum tercapai. Keberhasilan pembelajaran Inkuiri  pada Siklus II dapat dilihat dari peningkatan skor rata-rata hasil belajar siswa dan perubahan siswa yang dinilai lebih baik dari Siklus I  yaitu dari 65  skor rata-rata siklus I menjadi 75,96 skor rata-rata siklus II.
Untuk respons siswa terhadap Metode Pembelajaran Inkuiri diperoleh melalui angket yang diberikan pada akhir siklus II. Adapun respons siswa terhadap Metode Pembelajaran Inkuiri dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut ini:
Tabel 4.11 Angket Respons Siswa Terhadap Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Metode Pembelajaran Inkuiri
Pertanyaan
Jawaban
Persentase
Ya
Tidak
Ya
Tidak
1.   Apakah Anda senang terhadap pelajaran matematika?
27
2
93,10
6,90
2.   Apakah Anda menyukai pelajaran matematika dengan menggunakan Metode pembelajaran Inkuiri?
29
0
100
0
3.   Apakah Anda menyukai cara mengajar yang diterapkan guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan Metode pembelajaran Inkuiri?
28
1
96,55
3,45
4.   Apakah Anda termotivasi untuk belajar matematika, setelah diterapkan Metode pembelajaran Inkuiri?
28
1
96,55
3,45
5.   Apakah dengan Metode pembelajaran Inkuiri dapat membantu dan mempermudah Anda memahami materi pelajaran matematika?
26
3
89,66
10,44
6.   Apakah dengan Metode pembelajaran Inkuiri dalam pembelajaran membuat Anda menjadi siswa yang aktif?
28
1
96,55
3,45
7.   Apakah Anda senang berbagi pengetahuan  dan pengalaman dalam Metode pembelajaran Inkuiri?
26
3
89,66
10,44
8.   Apakah rasa percaya diri Anda meningkat dalam mengeluarkan ide/pendapat/pertanyaan pada kegiatan pembelajaran denganMetode pembelajaran Inkuiri?
27
2
93,10
6,90
9.   Apakah Anda merasakan ada kemajuan setelah diterapkan Metode pembelajaran Inkuiri?
28
1
96,55
3,45
10.  Apakah Anda lebih muda mengingat materi yang diajarkan dalam pembelajaran matematika melalui Metode pembelajaran Inkuiri?
28
1
96,55
3,45
11.  Apakah Metode pembelajaran Inkuiri merupakan hal yang baru bagi Anda?
27
2
93,10
6,90
Jumlah
1041
58,82

94%
5,34%
Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat bahwa dari 29 siswa Kelas XI Administrasi Perkantoran  SMK  Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar persentase siswa yang senang terhadap pelajaran matematika yaitu 93,10%, persentase siswa yang menyukai pelajaran matematika dengan menggunakan  Metode pembelajaran Inkuiri yaitu 100 %, persentase siswa yang menyukai cara mengajar yang diterapkan guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan Metode pembelajaran Inkuiri yaitu 96,55%, persentase siswa yang termotivasi untuk belajar matematika, setelah diterapkan Metode pembelajaran Inkuiri yaitu 96,55%, persentase siswa yang  dengan Metode pembelajaran Inkuiri dapat membantu dan mempermudah memahami materi pelajaran matematika yaitu 89,66%,persentase siswa yang dengan Metode pembelajaran Inkuiri dalam pembelajaran  menjadikan siswa aktif yaitu96,55 %, persentase siswa yang senang berbagi pengetahuan  dan pengalaman dalam Metode pembelajaran Inkuiri yaitu 89,66%,persentase siswa yang rasa percaya diri meningkat dalam mengeluarkan  ide/pendapat/pertanyaan pada kegiatan pembelajaran dengan Metode pembelajaran Inkuiri yaitu 93,10%, persentase siswa yang  merasakan ada kemajuan setelah diterapkan Metode pembelajaran Inkuiri yaitu96,55 %, persentase siswa yang lebih muda mengingat materi yang diajarkan dalam  pembelajaran matematika melalui Metode pembelajaran Inkuiri yaitu 96,55% dan persentase siswa yang mengatakan bahwa Metode pembelajaran Inkuiri merupakan hal yang baru bagi mereka yaitu 93,10%.
Dari data presentase respons siswa diatas Jumlah siswa yang merespons positif “ya’ terhadap pembelajaran dengan menggunakan Metode pembelajaran Inkuiri adalah 94 %
e.    Rekomendasi
Dari dua Siklus yang telah dilaksanakan dengan menggunakan Metode Pembelajaran Inkuiri diperoleh hasil sebagai berikut:
1.      Sebagian siswa sudah mampu memahami makna dari pada matematika sesungguhnya yang dikaitkan dengan kehidupan nyata.
2.      Dapat meningkatkan rasa percaya diri dan kemandirian  belajar  siswa, hal ini terlihat pada hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti.
3.      Terjadi peningkatan hasil belajar Siklus I ke Siklus II dengan menggunakan Metode Pembelajaran Inkuiri.
C.       Pembahasan Hasil Penelitian
1.    Hasil Pembahasan Tindakan Siklus I
Berdasarkan hasil analisis atau pelaksanaan siklus I, maka secara deskriptif hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa setelah pelaksanaan tindakan siklus I, nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 65 dari 100 nilai yang mungkin dicapai, dan setelah dikelompokkan dalam 5 kategori terlihat bahwa dari 29 orang siswa yang menjadi sampel penelitian yang memiliki hasil belajar matematika yang dikategorikan sangat rendah sebanyak 7 orang atau sekitar 24,13%, yang dikategorikan rendah sebanyak 6 orang atau sekitar 20,69%, yang dikategorikan sedang 13 orang siswa atau sekitar 44,83%; yang dikategorikan tinggi sebanyak 3 orang siswa atau sekitar 10,35%, dan tidak ada siswa yang berada di kategori sangat tinggi.
Nilai rata-rata yang diperoleh siswa dikategorikan ke dalam lima kategori, terlihat bahwa hasil belajar siswa Kelas XI Administrasi Perkantoran SMK Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar pada siklus I berada dalam kategori rendah.
Secara deskriptif ini menunjukkan bahwa setelah pelaksanaan tindakan siklus I, hasil belajar siswa Kelas XI Administrasi Perkantoran SMK Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar menunjukkan bahwa siswa yang dikategorikan tuntas belajar yaitu 44,82% atau 13 siswa dari 29 siswa dan yang termasuk dalam kategori tidak tuntas yaitu 55,18% atau 16 dari 29 siswa.  Hal ini menunjukkan bahwa jumlah siswa yang dikategorikan tuntas belajar masih sedikit dan belum mencapai kriteria ketuntasan minimal yaitu jika jumlah siswa yang memperoleh nilai minimal 70.
Selama pelaksanaan siklus I dengan persentase rata-rata siswa yang memperhatikan dan mencatat hasil pembahasan materi 74,71%, yang mengajukan pendapat kepada guru atau kepada siswa lain 41,38%, yang merespon atau mengajukan pertanyaan tentang materi yang yang dibahas 35,63%, yang berpartispasi dalam kelompok 68,97%, yang mempresentasekan hasil kerja kelompoknya 25,28%.
Pada umumnya siswa hanya mengikuti  kegiatan seperti pembelajaran sebelumnya, yakni hanya mendengar dan mencatat pelajaran yang diberikan  tanpa ada inisiatif  untuk mengajukan pertanyaan maupun tanggapan, melihat keadaan demikian siswa yang tidak aktif dimotivasi dan diarahkan sedemikian hingga berani menjawab soal-soal yang diberikan.
Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan siklus I, maka pada pelaksanaan siklus II direkomendasikan beberapa hal sebagai bahan penyempurnaan yang dimaksudkan tersebut diantaranya: (1)  mengidentifikasikan pelaksanaan penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri; (2) mengurangi atau menghindari perilaku siswa yang sempat menganggu pelaksanaan proses belajar mengajar; dan (3) melaksanakan secara intensif indikator pembelajaran dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.  

2.    Hasil Pembahasan Tindakan Siklus II
Berdasarkan  hasil analisis data yang telah diuraikan di atas, maka secara deskriptif menunjukkan  bahwa setelah pelaksanaan tindakan siklus II, nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 75,96 dan setelah dikelompokkan dalam 5 kategori ternyata dari 29 orang siswa  Kelas XI Administrasi Perkantoran SMK Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar yang menjadi sampel penelitian, tidak ada siswa yang mendapat nilai  sangat rendah dan rendah, yang dikategorikan sedang sebanyak 19 orang siswa atau sekitar 65,52%, yang dikategorikan tinggi sebanyak 7 orang siswa atau sekitar 24,14%, dan yang dikategorikan sangat tinggi sebanyak 3 orang siswa atau sekitar 10,34%.
Nilai rata-rata yang diperoleh siswa dan setelah dikategorikan ke dalam lima kategori, terlihat bahwa hasil belajar siswa Kelas XI Administrasi Perkantoran SMK Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar berada dalam kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan di mana  setelah pelaksanaan tindakan Siklus I rata-rata hasil belajar siswa termasuk kategori rendah. Setelah pelaksanaan siklus II meningkat dengan kategori sedang dan rata-rata hasil belajar siswa meningkat.
Hasil analisis deskriptif penelitian ini juga mengungkapkan bahwa setelah pelaksanaan tindakan siklus II secara umum hasil belajar matematika siswa Kelas XI Administrasi Perkantoran SMK Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar meningkat. Jumlah siswa yang dikategorikan belum tuntas belajar 2 orang atau sekitar 6,90%; jumlah siswa yang dikategorikan tuntas  belajar 27 siswa atau sekitar 93,10%. Hal ini sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal.
Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari nilai rata-rata 65 pada Siklus I dan setelah Siklus II diperoleh rata-rata mencapai 75,96 ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar setelah menerapkan Metode Pembelajaran Inkuiri  pada siswa  Kelas XI Administrasi Perkantoran SMK Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar. 
Berdasarkan pengamatan tingkah laku siswa, maka secara deskriptif diungkapkan bahwa persentase siswa yang terlibat aktif dalam proses belajar mengajar mengalami peningkatan. Hal ini berdasarkan persentase rata-rata siswa yang memperhatikan dan mencatat hasil pembahasan materi 74,71% menjadi 85,05%, yang mengajukan pendapat kepada guru atau kepada siswa lain 41,38% menjadi 63,22%, yang merespon atau mengajukan pertanyaan tentang materi yang yang dibahas 35,63% menjadi 44,83%, yang berpartispasi dalam kelompok 68,97% menjadi 78,16%, yang mempresentasekan hasil kerja kelompoknya 25,28% menjadi 31,03%.
Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan siklus I, maka pada pelaksanaan siklus II direkomendasikan beberapa hal sebagai bahan penyempurnaan yang dimaksudkan tersebut diantaranya: (1) mengidentifikasikan pelaksanaan penerapan metode pembelajaran inkuiri; (2) mengurangi atau menghindari perilaku siswa yang sempat menganggu pelaksanaan proses belajar mengajar; dan (3) melaksanakan secara intensif indikator pembelajaran dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.  















BAB  V
PENUTUP
A.    Simpulan
            Berdasarkan hasil penelitian yang berlangsung selama dua siklus dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.        Hasil belajar matematika Kelas XI Administrasi Perkantoran  SMK Muhammadiyah  2 Bontoala Makassar  melalui Metode Pembelajaran Inkuiri pada siklus I adalah rata-rata  65 dengan skor minimum 45 dan maksimum 80 dengan persentase ketuntasan 55,18% sedangkan pada siklus II skor rata-rata 75,96 dengan skor minimum 65 dan skor maksimum 95 dengan persentase ketuntasan 93,10%
2.        Proses keterlaksanaan pembelajaran dengan metode Inkuiri dari pertemuan pertama sampai terakhir terlaksana dengan baik, hal ini ditandai dengan rata-rata keterlaksanaan pembelajaran pada siklus I yaitu 3,53 menjadi 3,58 pada siklus ke II.
3.        Terjadi perubahan sikap siswa selama proses pembelajaran sesuai dengan hasil observasi yaitu dengan adanya penerapan Metode pembelajaran Inkuiri dengan rata-rata persentase aktivitas siswa dari Siklus I yaitu  49,19% menjadi 75,17%  pada siklus ke-II
4.       
63
Jumlah siswa yang merespons positif “ya’ terhadap pembelajaran dengan menggunakan Metode pembelajaran Inkuiri adalah 94 %

Jadi hasil penelitian dengan menerapkan metode pembelajaran inkuiri
berhasil meningkatkan kualitas pembelajaran matematika Kelas XI Administrasi Perkantoran SMK Muhammadiyah 2 Bontoala Makassar.
B.     Saran
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian, refleksi dan kesimpulan di atas, maka saran yang dapat dikemukakan oleh  penulis adalah:
1.      Untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang materi yang akan diajarkan, sebaiknya dalam mengajar guru harus mengetahui kemampuan dasar siswa sehingga guru bisa memotivasi dan mengarahkan siswa untuk mengerjakan soal-soal baik LKS maupun evaluasi secara mandiri.
2.      Diharapkan kepada pihak sekolah untuk pelatihan khusus kepada guru bidang studi mengenai strategi atau metode pembelajaran yang sesuai dengan  kondisi sekolah sehingga setiap guru pada semua jenjang pendidikan dapat memberikan yang terbaik kepada siswa  yang di didiknya.










1 komentar:

  1. How to repair, repair, repair, repair or upgrade your welding titanium
    1. titanium joes Make sure you know when titanium dive knife you need to repair titanium athletics and upgrade is titanium lighter than aluminum your welding titanium parts from one of the titanium tent stakes top

    BalasHapus